- Home
- All Mangas
- Taimadou Gakuen 35 Shinkai Shoutai, Another Mission II
- Mission 01 - Ada apa, Lapis-san? (Part 2)
Perjalanan menuju sekolah.
Setelah mengganti pakaiannya di ruanganya sendiri, Takeru berangkat di jalan yang biasa dia lalui menuju sekolahnya.
Yang berbeda ialah, di sisinya ada sebuah perempuan muda berwarna biru , yang memanggil dirinya sendiri sebuah adik perempuan.
Bermuka datar, dia memegang lengannya seperti sebuah koala.
Dia tidak memakai gaun azur-nya biasanya, tapi seragam Akademi AntiMagic.
“Hei … Lapis.”
“Ya. Ada apa? Onii-chan.”
Onii-chan. Walaupun dia sudah terbiasa dipanggil “Onii-chan”, tapi Lapis memanggilnya seperti itu membuatnya merasa tergelitik di punggungnya.
“Kau tahu, saudara … bukan sebuah hubungan dimana kau saling memegang lengan.”
“Menurut materi referensinya, diantara adik yang mempunyai perasaan cinta pada kakaknya, atau bertingkah kasar padanya yang juga merupakan bagian dari perasaan cinta tersembunyinya. Apa kau lebih suka yang kedua?”
“Mohon lakukan yang pertama.”
Dia langsung menjawabnya.
Aku lebih baik tidak berhadapan dengan Lapis yang kasar. Itu yang dia pikirkan. Hanya dengan membayangkan Lapis memukulnya dengan bermuka datar sudah cukup mengerikan.
“Lapis, seperti yang aku katakan sebelumnya, materi referensimu bukan merupakan referensi yang seharusnya kau gunakan ….”
“Apa mereka buku terlarang?”
“Bukan begitu, tapi … realita dan ruang dua dimensi tidak seharusnya di gabung satu sama lain.”
Kenapa aku harus menjelaskan hal ini kepada dia … Takeru mulai sakit kepala.
“Tapi lihat, Onii-chan. Di pita buku ini tertulis ‘Novel ini didedikasikan kepada semua kakak di semua dunia, waktu, dan dimensi.’ ”
“….”
“Itu merupakan pita emas. Ini merupakan karya penghargaan.”
Kenapa penerbit selalu ingin memakai pita itu? Takeru pun berakhir mengambil buku-buku ini di tangannya saat ia di toko buku.
Tetapi, Lapis seharusnya tidak mempunyai selera seperti ini. Mungkin ia mendapatkan buku ini lalu menyukainya? Tidak mungkin sebuah Warisan Sihir sepertinya menyukai hal yang berbau seperti ini, akan merepotkan jika seperti itu.
Tidak peduli seberapa banyak Takeru menanyakannya, Lapis tidak menjawab kenapa dia tiba-tiba ingin menjadi adik perempuannya. Sangat tidak biasa untuk Lapis untuk menolak menjawab sampai seperti ini.
Bagaimanapun juga, dia menyita tankōbon-nya dari Lapis karena mereka berefek buruk pada mentalnya, dan keduanya menuju ke sekolah. Sementara itu Takeru berpikir “Seperti biasa, dia akan kembali normal jika aku membiarkannya.” Dan tidak terlalu berpikir keras untuk itu.
Dia menyadari bahwa apa yang ia prediksikan itu terlalu naif saat dia sampai di Akademi.
Pelajaran pertama untuk hari ini dimulai.
“Baiklah, kita akan mengumumkan hasil untuk ujian kecil-kecilan ini. Kalian harus catat dimana tingkat pengetahuan kalian di kelas dan dedikasikan diri kalian sendiri untuk meningkatkannya.”
Langsung setelah kelas dimulai, guru yang bertanggung jawab bilang begitu dan memperlihatkan kertas ujian dengan hasilnya di layar sentuh besar. Ujian yang di kerjakan oleh siswa di Akademi tidak di kembalikan, melainkan di simpan di dalam database dan dibuat agar siswa bisa mengeceknya.
Walaupun itu merupakan sistem untuk membuat para siswa tidak sabar dan menambah keinginan untuk peningkatan diri, Takeru hanya melihat hasil yang diperolehnya tanpa harapan tinggi.
Dari 100 poin sebagai nilai sempurna, dia mendapatkan 20 poin. Walaupun dia punya masalah pada ujiannya, nilai rata-rata di akademi ini ialah sekitar 60 poin. Usagi pun yang dibilang terkadang mempunyai nilai buruk di pelajaran mendapatkan 75 poin di ujiannya.
Dia dapat mendengar teman sekelas di sekitarnya tertawa. Sudah terbiasa saat hasil ujian di umumkan, para siswa langsung melihat kertas ujian Takeru, lalu mereka mulai tertawa setelah melihat jawaban aneh yang ada di dalamnya.
Siapapun bisa melihat jawaban orang lain disini. Yang mempunyai nilai bagus memandang rendah kepada mereka yang mempunyai nilai buruk, dan yang mempunyai nilai buruk memandang dengan rasa iri bagi yang mempunyai nilai bagus. Lalu pada akhirnya, yang mempunyai nilai terburuk di tertawakan dan dipandang rendah oleh keduanya.
Mereka bilang sistem ini dibuat untuk membuat para siswa tidak sabar dan menambah keinginan untuk peningkatan diri, tapi Takeru berpikir ini bukan ide bagus bagi kesehatan mental para siswa.
Dia sudah terbiasa dan tidak merasa sedih sama sekali. Walaupun dia pernah membenci kurangnya kemampuannya untuk belajar, dia sudah tidak terlalu memikirkannya.
Itulah saat dimana ia tiba-tiba mendengar seseorang menepuk tangan di sampingnya.
Saat ia menengok ke sisinya, terkejut, ia melihat Lapis menghadap ke atas dan menepuk tangannya.
Yang mengejutkan bukan hanya tepukan tangannya. Gaya rambut bor Lapis berubah menjadi lurus dan tertata seperti potongan gaya rambut hime.
TL note:
Yang penasaran seperti apa gaya rambut hime, kurang lebih seperti Ruiko Saten Toaru Kagaku no Railgun.
Dan dengan muka datarnya, dia terus bertepuk tangan dan berkata,
“— betapa hebatnya, Onii-sama.”
PROK! PROK! PROK!
Entah kenapa dia merubah caranya memanggilku.
“Tidak ada pentingnya sebagai seorang penyelidik di masa depan nanti untuk belajar sesuatu yang tidak berguna seperti sejarah AntiMagic, mempelajarinya hanya akan membuang waktu yang sia-sia… itu yang kau maksud, ‘kan? Itu pemikiran yang cerdas, Onii-sama.”
“Huh?! Tu-Tunggu, aku tidak bermaksud … aku hanya…”
Sedikit bodoh … merupakan apa yang ingin ia katakan, hingga gurunya melototinya.
“Apa itu benar, Kusanagi?”
Gurunya bertanya. Siswa lain juga menatapnya dengan rasa terhina.
Tunggu, suasana macam apa ini? Jika kata-kata Lapis, diambil tanpa berpikir panjang, aku akan terlihat seperti siswa apatis yang cerdas, tapi setelah berlanjut mendapatkan nilai-nilai buruk dan juga menjadi seorang kapten dari pleton kecil rendahan, tidak ada yang mau berpikir seperti itu bersamanya dan dia akan dicap sebagai seorang pecundang.
Walaupun dia siswa yang tidak baik, dia tidak menginginkan itu.
“Te-Tentu saja tidak! Nilaiku di semua hal kecuali pertarungan jarak dekat ialah seperti yang kalian lihat … bukannya aku sengaja mendapatkan nilai seperti ini atau aku akan menjadi seorang pecundang!”
“Seperti yang diharapkan darimu, Onii-sama. Sekarang pun kau mengabaikan pengetahuan dan membuangnya, tetapi fokus pada pertarungan sebenarnya, lalu berusaha untuk meningkatkan teknik pertarungan jarak dekat yang juga memperlihatkan sebagian besar potensimu. Manusia biasa tidak akan bisa menjadi setegas dirimu.”
“Ti-Tidak … aku tidak baik di hal lain kecuali ilmu pedang.”
“Sayang sekali, tapi sekolah ini tidak menilai ilmu pedang. Tapi walau jika tidak ada yang mengakui dirimu, aku akan selalu memujamu, Onii-sama.”
Itu tidak membuatnya senang sama sekali karena datarnya muka Lapis saat ia mengatakannya.
Kenapa dia mengarah pada pujian yang sangat berat ini … dan juga, untuk apa dia mengganti gaya rambutnya?
Saat dia berpikir seperti itu, ia melihat sebuah tankōbon dibawah salah satu buku tugas Lapis dan mulai merinding.
— dia mempunyai materi referensi yang lain …?!
Itulah saat dimana ia menyadari bahwa Lapis sedang mengikuti banyak referensi tipe adik perempuan.
Setelah itu, dia mengalami sebuah penampilan berbagai tipe adik perempuan.
Dimulai dari adik yang memujanya dengan mewah, adik tsun-tsun yang tiba-tiba datang padanya untuk konsultasi, adik chuuni(byou) yang pernah menjadi pasangannya di kehidupan sebelumnya dan bertarung bersama untuk menyelamatkan dunia, adik yang berkompetisi dengan saling menyikat gigi satu sama lain, adik yang kepribadiannya berubah bersama dengan warna pita yang dipakainya … dan lain-lain, dia dapat melihat berbagai tipe adik berdasarkan latarnya.
Karena dia bisa merubah gaya rambutnya dengan bebas, imitasinya berkualitas tinggi, tapi ekspresinya tidak bisa dikatakan dengan sama, ekspresinya datar sepanjang jalannya ini.
Takeru sudah lelah setelah bereaksi terhadap setiap perubahannya, jadi saat istirahat ia berbaring diatas mejanya.
“… Kusanagi, kau dan Mistilteinn sedang bertingkah aneh …”
Melihat Takeru seperti itu, Ouka dan anggota peleton lainnya mulai mendekatinya.
“Dia sudah dekat denganmu sebelumnya, tapi hari ini dia lebih dekat denganmu dari biasanya! Apa terjadi sesuatu diantara kalian?!”
Mari melihatnya dengan curiga dan menatapnya untuk mencari jawaban.
Mengikutinya, Usagi pun telah membanting kedua tangannya di meja dan melototinya.
“Aku tahu dia penting bagimu, Kusanagi, itulah kenapa aku telah menahannya selama ini! Tapi kesabaranku sudah hilang kali ini! Ada apa dengan dirimu yang menempel terus dengan Lapis!”
Takeru menyeringai saat dia membanting mejanya.
“Kenapa aku yang bersalah di sini ..?! Aku sendiri juga tidak tahu apa yang terjadi…!”
“Ini pertama kalinya aku melihat perempuan ini mengobrol denganmu. Dan juga, kalian berdua datang ke sekolah bersama, ‘kan? Apakah kalian sedang hidup bersama?”
Tersenyum, Ikaruga menambahkan yang tidak diperlukan, yang membuat tatapan yang lain lebih tajam.
“Da-Datang ke sekolah bersama?!”
“Hidup bersama?! Dalam satu rumah?!
“Apa maksudnya ini, Kusanagi!”
Ketiganya menekannya dan Usagi mengenggam kerahnya.
Jika dibiarkan, percakapan ini akan mengarah buruk dan dia akan menjadi orang yang bersalah pada akhirnya.
Tentu, dia bermalam bersama denganLapis, tapi dia kelelahan dan langsung pergi tidur, jadi ia tidak melakukan apa-apa … tidak, dia hampir kehilangan kesuciannya di pagi hari, tapi itu juga karena tingkah laku Lapis sendiri ….
Jika ia mengatakan apapun di sini, itu hanya akan terdengar sebagai alasan karena ia kewalahan mengenai apa yang harus dia lakukan.
“Oniii-chan, ayok makan bekal bayeng.”
Takeru menengok mendengar suara yang sangat datar.
Lapis, dengan gaya rambutnya diubah dari bor ke kuncir ganda sedang berdiri memegang kotak bekal berlapis.
Walaupun Takeru ingin membalas, perubahan gaya rambutnya terlalu besar baginya untuk bicara.
Dari gaya rambut bor ke kuncir ganda … dan dengan poni yang panjang juga.
Sementara semuanya membisu, Lapis mendekatinya dan menaruh kotak bekalnya di atas meja, mengambil kursi di dekatnya dan duduk disamping Takeru.
Lalu dia membuka kotaknya, mengambil omelet dengan sumpit dan mengangkatnya ke mulut Takeru.
“Bilang aahn~”
“… kali ini apa?’
Kelelahan, Takeru menanyakan Lapis, yang menjawab …
“Aku mau myakan bekal bayeng.”
Lagi-lagi, cara bicara anak kecil yang datar.
“Apa hubungannya bekal dengan adik perempuan …?”
“Aku mempelajari dari materi referensi bahwa ada adik perempuan yang sangat berdedikasi kepada kakaknya. Mereka membuat bekal setiap pagi, lalu memakannya bersama. Mereka merupakan tipe adik yang sangat mengesalkan.”
“… adik yang mengesalkan.”
“Ini, sekarang~ bilang aahn~”
Entah kenapa sikap bicaranya menjadi sebuah perintah di akhir dan Lapis mendorong sumpitnya ke mulut Takeru.
Dia hampir memakannya hingga dia menyadari bahwa anggota pleton lain memberinya tatapan penuh amarah dan mencoba untuk memperbaiki kesalahpahamannya.
Takeru dengan hati-hati menjelaskan bahwa sejak kemarin, entah kenapa Lapis tiba-tiba ingin menjadi adiknya dan tidak mendengarnya saat dia ingin menghentikannya.
Tetapi, setelah dia selesai menjelaskannya, Mari menghembuskan pipinya.
“Kalau begitu aku akan menjadi adik Takeru juga, hmph!”
Kenapa “Kalau begitu” Dan ada apa dengan “Hmph.” Itu?
Dengan pipinya tetap terhembus, Mari membuka topinya, mengambil ikat rambut dari sakunya dan mengikatkannya di kedua sisi rambutnya untuk membuat kuncir ganda.
“Bagaimana? Oniii-chan!”
“….”
“…. Ka-Katakan sesuatu!”
Dia pasti berpikir bahwa dia terlihat aneh saat ia melihat ke cermin sambil membuat ekspresi menangis dan melihat ke yang lain.
“Sejujurnya, kuncir ganda Mari … A-Aku penasaran …? Ba-Bagaimana, kalian semua?”
“Rambutnya terlalu pendek dan membuatnya terlihat seperti anak kecil.”
“Kenapa … aku bisa melihatnya … aku bisa melihat tas anak-anak merah di punggungmu.”
“Tunggu sebentar. Aku melihat beberapa di ruang peleton kita, aku akan mengambilnya. Aku penasaran mana yang lebih bagus, merah atau hitam?”
“— jangan berikan aku jawaban sejujur itu setelah kesunyian tadi!”
Dengan Mari terjatuh, kali ini Usagi membatuk dengan keras dan mengeluarkan kotak bekal manis berwarna pink dari tasnya.
“Wa-Walaupun aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tetapi jika ada seorang adik yang pandai memasak, maka tidak ada yang lebih baik dariku.”
Dia membuka tutupnya, mengambil beberapa nikujaga dengan sumpitnya dan mengangkatnya ke mulut Takeru agar tidak kalah dari Lapis.
TL note:
Nikujaga (肉じゃが daging kentang) adalah makanan Jepang yang dibuat dari daging, kentang dan bawang bombay, direbus agar manis dengan bumbu gula, kecap asin dan mirin.
“Tunggu. Ini aneh. Mari kita berpikir lagi. Kenapa kau ikut bergabung di “menjadi adik perempuan” ini?”
“A-ayolah, Kusana … bukan, ho-ho-Honiichan … a-aan~”
Terhimpit di antara omelet Lapis dan nikujaga Usagi, Takeru menjadi terdesak.
“A-Aku juga mempunyai seorang adik perempuan! Aku tahu bagaimana cara menjadinya!”
“Kenapa kau juga ikutan, Ootori?!”
“Se-Seleraku sama dengan Kusanagi! Kita berdua suka dengan anpan! Bisa dibilang, Kusanagi dan aku adalah saudara anpan!”
TL note:
Anpan adalah roti manis dengan isi selai kacang merah
“Alasanmu terlalu aneh! Apa yang kau maksud dengan ‘Saudara anpan.’ Juga?!”
Tapi kalau begitu, Ouka mungkin akan menjadi kakak perempuan di antara saudara anpan tersebut. Wajah memerah dan bernapas berat, Ouka mendorong anpan yang masih dibungkus ke pipi Takeru.
“A-Ambilah, ini favoritmu, anpan …! Be-Berterima kasihlah saat ka-kau memakannya, A-Anija!”
Tertangkap diantara konflik tiga arah, Takeru menggeram. Sementara, Ikaruga, yang biasa menjadi pengawas hanya membuat ekspresi curam.
“Khh …!”
Mengerutkan alisnya dengan frustasi, Dia melepas jas labnya dan mulai membuka kancing gaun seragamnya.
“Kenapa melepas pakaianmu?!”
“Akan jadi aneh jika aku mencoba untuk menjadi adik perempuan … itu akan menyakitkan untuk dilihat ..! Tidak hanya aku jauh dari karakteristik adik perempuan, tapi aku juga tidak tahu apa-apa tentang memasak, jadi apalagi yang bisa aku lakukan …?! Yang bisa aku lakukan ialah – menelanjangkan diri!”
“Tidak usah memaksakan dirimu sendiri! Tidak ada yang memaksamu untuk bergabung!”
Di situasi buruk dimana semua anggota pleton ingin menjadi adik perempuannya, omelet Lapis berhasil menang di antara ketiganya dan telah masuk kedalam mulut Takeru.
Dia dapat mendengar Ouka dan Usagi mengecap lidah mereka dengan kesal, tapi ia tidak punya pilihan selain untuk memakannya.
“Enak?”
“… maaf, aku tidak bisa mengenali rasanya.”
Manis atau asam, juga tidak bisa dibilang enak atau tidak juga.
Rasanya sangat ambigu. Saat dia mengatakan impresinya, entah kenapa Lapis mengangkat jempolnya.
“Inilah apa yang kau panggil bekal aimai.”
“…..”
“Leluconnya ada pada kata ambigu ‘aimai.’ Dan cinta adik ‘aimai.’ ”
Lelucon kata ini membuat Takeru berpikir dibuat untuk apa latar adik tsundere berkuncir ganda ini.
Kemungkinan besar, Lapis kehabisan lelucon yang bagus untuk digunakan.
Sementara itu, selagi Lapis menyuapi Takeru bekal ambigunya, Mari membanting meja dengan tangannya.
“Jadi?! Kenapa Lapis-chan yang menjadi adiknya?!”
“Aku sudah bilang, aku juga tidak tahu …”
Sementara dia sedang di pertanyakan oleh Mari, Ouka yang sedang bersandar di tembok menatap Lapis dengan curiga.
“Ngomong-ngomong, dia juga mencoba untuk bergaul sebagai adikmu sebelumnya … tetapi itu juga merupakan perintah ketua. Apa alasannya kali ini?”
“….”
Lapis tidak menjawab pertanyaan Ouka dan hanya menaruh sosis berbentuk gurita terakhirnya ke dalam mulut Takeru.
“… kau tidak berpikir untuk melakukan hal yang buruk, kan? Berhati-hatilah, Kusanagi, Relic Eaters juga merupakan Sihir Warisan. Jangan sampai lengah.”
Ouka katakan dengan ketidaknyamanan.
Entah kenapa, Lapis tidak mengobrol dengan siapapun kecuali Takeru. Sebagai hasilnya, tidak peduli seberapa lama waktu terlewat, dia tidak akan akur dengan anggota lain dalam pleton.
Takeru pun tidak tahu apa yang Lapis pikirkan dan bingung tentang bagaimana cara dia memperlakukannya saat dia tiba-tiba menempel padanya.
Takeru, sambil menggaruk pipi dan menatapnya, Lapis mengangkat pandangannya, memperlihatkan mata tanpa emosinya.
“….”
Mata mereka saling bertemu dan mereka bertatap selama beberapa detik.
Tapi pada akhirnya, dia tidak melihat apa-apa di dalamnya. Takeru tidak tahu apa yang dia cari, atau apa yang dia ingin lakukan.
Lapis memeluk lengan Takeru sambil menyentuhnya dengan pipinya hingga matanya tersipit. Lalu, dia mengangkat pandangannya untuk menatapnya lagi.
Gerakannya sangat mirip seperti kucing dan ini membuat Takeru tersenyum mesam.
Dia mencoba melakukan yang terbaik, tapi dia tidak terasa seperti adik perempuan ….
Sepanjang hari ini Lapis melakukan yang terbaik untuk menjadi adik perempuan bagi Takeru, tapi dia tidak dapat melihatnya seperti itu.
Dan karena itu, ini membuat Takeru rindu dengan adik perempuan yang sebenarnya.
Sebaiknya aku bertemu dengannya … untuk pertama kali dari sekian lama.
Takeru melirik dan menepuk kepala Lapis.
“….”
Di sisi lain, mata Lapis tetap mengarah pada Takeru. Da tidak menyadari emosi samar yang mulai terbentuk di dalamnya.
- Home
- All Mangas
- Taimadou Gakuen 35 Shinkai Shoutai, Another Mission II
- Mission 01 - Ada apa, Lapis-san? (Part 2)