- Home
- All Mangas
- Taimadou Gakuen 35 Shinkai Shoutai, Another Mission II
- After Mission - Lima Tahun Kemudian - Tahun Baru, Peristiwa Terakhir (Part 2)
Jam 10 malam setelah insiden terselesaikan. Anggota EXE sedang berkumpul di ruang pribadi pub yang merupakan bagian dari cabang pub terkenal.
“GLEK! GLEK! GLEK! … Fyuh~ Seriusan? Dia yang paling cocok untuk berurusan dengan itu~? Itulah kenapa Kusanagi pergi?”
BRUK!
Gelas bir dibanting ke atas meja. Dengan nada suara yang tidak stabil, kapten EXE Oonogi Kanata bertanya kepada mereka kenapa Takeru ada di tempat itu. Saat itu Jumat malam, hanya anggota yang libur pada hari Sabtu yang ikut berpartisipasi dalam pesta minum. Awalnya, hanya Ouka dan Usagi yang ikut berpartisipasi sebagai anggota EXE, tapi Ikaruga dan Mari juga datang membantu atas permintaan Ouka. Karena mereka sudah bersama, keduanya diminta untuk mengikuti rapat perencanaan juga.
Tanpa menyentuh minumannya, Takeru tersenyum pahit sambil duduk seiza.
TL note: Seiza adalah istilah Jepang untuk cara duduk tradisional secara formal.
“Se-Sepertinya begitu … tapi, yah …”
“Jangan bilang ‘Tapi,’ dan ‘Yah,’ padaku, aku sudah cukup mendengarnya! Kau perlu lebih memikirkan posisimu, Kusanagi!”
“Aku sudah memikirkannya, tapi … tapi kau berurusan dengan insiden lain, kapten Oonogi dan yang lain juga termasuk mayoritas Dragoons, ‘kan? Polisi Pemusnahan sebagian besar juga terjun ke pertempuran, jadi tidak ada pilihan selain aku yang muncul〜.”
“Kalau kau bertanya pada Spriggan kau akan mendapatkan pakaian pelindung racun! Semuanya akan berhasil kalau semua orang datang memakai itu, ‘kan? Lagian kenapa kau hanya menyebut Kusanagi daripada orang lain, Ouka-chan!”
Mendengar kata-kata itu Takeru merasa sedikit tersakiti. Sekali lagi Kanata menghantam gelasnya ke atas meja dan kali ini mempelototi Ouka. Bahunya bergetar, dan menghentikan obrolannya dengan mantan anggota peleton ke-35 yang lain, dia duduk seiza di samping Takeru.
“Bu-Bukan, itu, anu ….”
“Tidak ada ‘itu’ atau ‘anu’ !”
“Aku minta maaf … hanya saja musuh tidak cocok dengan Vlad dan tingkat bahaya A terlalu tinggi untuk membiarkan Spriggan dan Dullah masuk karena adanya kemungkinan korban. Ditambah dorongan menggunakan Dragoons, karena sekarang kita tidak mempunyai seorang Alkimia, biaya perbaikan kerusakan menjadi ….”
“Tetap saja, setidaknya kau bisa melaporkan hal itu padaku! Ayolah! Apa kau tahu siapa yang harus mendengarkan keluhan wakil ketua Kurogane? Aku! Akuuu!”
“Aku minta maaf ….”
Takeru dan Ouka membungkuk pada Kanata yang telah sepenuhnya mabuk. Saat ia mengamuk dengan kondisi mabuk, dia ditenangkan oleh rekannya yang lain. Mengetahui seberapa banyak kesulitan yang Kanata alami setelah diberi posisi kapten EXE, Takeru dan Ouka tidak bisa beralasan lagi.
Walaupun ia secara resmi menjadi wakil kapten, Takeru hampir tidak pernah berpartisipasi dalam pertempuran yang sebenarnya karena masalah yang berkaitan dengan adik perempuannya Kiseki, dan hanya mengambil alih komando dalam keadaan tertentu. Di sisi lain, Ouka sangat sering mengambil alih seluruh komando EXE saat Kanata sedang tidak ada.
Ouka menyenggol sisi Takeru dengan sikunya.
“Aku sudah bilang ‘kan ..? Tetapi juga, akulah yang memanggilmu”
“Maaf … aku benar-benar minta maaf untuk itu.”
Sambil menghela nafas, keduanya mengambil beberapa potongan kubis asin dan mulai memakannya.
“Hari ini benar-benar kacau, iyakan, kapten Oonogi ….”
Usagi duduk di depan mereka tersenyum masam dan menggaruk pipinya.
“Kau juga, Usagi, maaf untuk hari ini. Aku memanggilmu meski kau seorang anggota cadangan …”
“Tenang saja. Hari ini merupakan hari di mana aku harus kembali pulang, jadi sebaliknya, itu sangat membantu.”
Dia mendengus keras dan menyilangkan lengannya.
“Eh … aku memang mendengar ada beberapa perubahan dengan hubunganmu setelah pembicaraan dengan ibu tirimu berubah menjadi baku hantam … kau berdamai setelah itu, kan? ”
“BERDAMAIIII? Kau pasti bercanda. Jalang itu tidak punya niat untuk berdamai denganku. Tentu saja, aku pun tidak.”
“Jalang ..? Mulutmu sudah menjadi kasar. Aku kasihan pada ayahmu. ”
“Orang itu juga merupakan sebuah masalah. ‘Bekerja memang bagus, tapi kapan kau mau menikah〜? Kapan kau punya cucu〜?’ dia tanya dengan santai, tetapi sudah jelas bahwa ini merupakan tuntutan padaku.”
“Hahaha ….”
Demikian pula, Takeru juga diundang oleh kepala rumah Saionji untuk pesta makan malam sehingga dia tidak bisa mengatakan apa-apa untuk membela ayahnya Usagi. Artinya, ayahnya ingin merebut Takeru agar tidak diambil oleh anggota lain. Meskipun, rasanya sangat janggal melihat orang tuanya berusaha keras untuk mencoba dan merebutnya.
Usagi menuang bir ke dalam gelas Takeru dan susu di dalam cangkir Ouka.
“Siapa yang peduli tentang itu. Bersulang untuk kerja bagusmu hari ini. Aku ulangi ini setiap kali, tetapi aku tahu seberapa sulit ini untuk kalian berdua〜”
“Terima kasih, kau selalu memberi kami rasa nyaman, Usagi ….”
“Tunggu, Saionji. Aku mungkin mengalami kesulitan, tetapi orang ini jauh dari mempunyai kesulitan.”
Selagi Usagi menuang untuk mereka, Ouka menyipitkan matanya dan berbicara dengan sarkastik. Takeru tentu saja terkejut mendengar itu sambil menerima gelasnya.
“A-Aku yang mengurus surat permintaan maafmu, bukan?! Aku sulit mengerjakan pekerjaan arsip karena aku memang tidak bisa mengerjakannya!”
“Iya, iya.”
“Ouka-san, belakangan ini kau dingin kepadaku, bukan?!”
“Kalau kau berpikir begitu, kenapa tidak mengambil setengah dari stresku?”
DOR!
“Wa-Walaupun aku mau, posisiku tidak mengizinkanku untuk melakukannya~… a-aku mau bekerja juga … aku hanya bisa melihat rekan-rekanku pergi ikut bertarung … ini sulit bagiku secara mental …”
“He-Hei, jangan menangis! Aku hanya bercanda, aku yang sepenuhnya bertanggung jawab kali ini!”
Ouka menepuk punggung Takeru yang sedang meringkuk. Melihat keduanya seperti itu, Mari mulai tertawa dengan keras.
“Ahhahaha! Aneh melihat Takeru dibuat menangis oleh candaan Ouka~ EXE tentu kesulitan, bersulang untuk kerja bagus di sana~.”
Duduk di samping Usagi, Mari bertukar sulang dengan Ikaruga dan mulai tertawa dengan keras.
“Jadi EXE mengadakan pesta minum juga ya. Dan juga, di pub popular di depan stasiun … aku penasaran kemana obrolan tentang gaji tinggi pergi. Sepertinya dengan sistem baru, para inkuisisi mendapatkan pengurangan gaji, dan kau tidak bisa belanja banyak juga.”
Menyandarkan kepalanya dengan tangannya, Ikaruga memiringkan gelas anggurnya dan tersenyum pahit. Melihatnya dengan alkohol di tangan, Takeru bereaksi dengan,
UGH!
“Suginami, jangan minum terlalu banyak, ok? Kau akan langung muntah ….”
Saat Takeru mencoba mengambil botol anggurnya, Ikaruga memeluknya untuk melindunginya.
“Aku kelelahan menjaga adik perempuanmu, biarkan aku minum sedikit.”
“A-Apa kau harus mengatakan itu? Itu sesuatu yang hanya kau bisa lakukan, Suginami. Mengertilah.”
“Aku mengertiii~ tapi aku belum menikah denganmu terus juga aku harus menjaga keluargamu, jadi bagaimana kau berterima kasih padaku?”
Ikaruga mengangkat rambutnya dan melirik ke arahnya, jadi Takeru berdiri dan menuangkan wine ke gelasnya.
“Aku berhutang padamu seperti biasa. Aku minta maaf telah merepotkanmu hari ini.”
“Pundakku pegal~ hmm~.”
“Bi-Biarkan aku memijatnya.”
Walaupun ia sedikit jengkel, Takeru tetap memijat pundak Ikaruga.
“Ahh… ya~ pas di situ~ … ahn~ … ahhn~ …hmnnss~ ….”
“Berhenti mengeluarkan suara aneh.”
“Perjaka sepertimu harusnya bermain juga.”
“Itu karena aku seorang perjaka yang tidak bisa ikut bermain dengan baik … juga, berhenti memanggilku ‘Perjaka.’ Di depan orang, kau juga jangan begitu!”
“Kau mengambil punyaku?”
“Kenapa membalas dengan itu ..?!”
Disamping Takeru yang sedang memijat pundak Ikaruga, Mari menunjuk pada dirinya dengan semangat.
“Takeru, bagaimana kalau aku? Maukah kau memijatku? Kau mau, ‘kan?”
Melihat Mari ingin dipijat pundaknya, Ikaruga mendengus dengan ekspresi bahagia di wajahnya.
“Kau belum cukup besar untuk dipijat.”
“Bukan payudaraku! Yang aku maksud pundakku!”
“Tapi pundakmu tidak pernah pegal, kan? Kau punya banyak waktu sampai kau selalu datang ke tempatku untuk bermain.”
“Kau sok tahu! Menjadi seorang guru susah juga tahu!”
Mari mengayunkan tangannya, mengepal dengan frustasi. Usagi yang sedang membagi salada menjadi hidangan kecil menengok ke arahnya.
“Aku terkejut kau punya banyak waktu luang walaupun kau menjadi seorang guru dan pengajar Selkie di saat yang sama.”
“Seperti yang kubilang, aku tidak punya banyak waktu luang ….”
“Ya, kau hanya kesepian.”
“Bu-Bukan begitu … malahan, kalian yang kadang datang ke tempatku juga!”
Setelah Mari mengatakan itu, Ouka dan Usagi mengejang dan tegang.
Sekarang dia mengatakannya, itu memang benar. Takeru berpikir sambil memijat pundak Ikaruga. Kapan saja mantan anggota peleton ke-35 punya waktu luang, mereka selalu datang ke tempat kerja Ikaruga, ruang kontrol Hyakki Yakou untuk bermain. Karena mereka datang dengan berbagai alasan, barang-barang seperti alat minum teh, sofa, dan loker pribadi selalu ada di ruang kontrol. Kemungkinan besar mereka menghabiskan lebih banyak waktu di sana daripada di kamar mereka sendiri.
Usagi tersenyum mesam dan memegang secangkir jahe dengan kedua tangannya.
“Pada akhirnya, tidak ada yang berubah disini. Aku tetap menjadi anggota cadangan EXE, tapi aku datang tempat itu saat luang diantara sesi pelatihan.”
“Aku juga … aku bahkan menggunakan tempat itu untuk mengerjakan pekerjaan arsipku.”
Ouka setuju dengan Usagi dan memasukkan salada ke dalam mulutnya.
“Walaupun itu tempat kerjaku, rasanya lebih seperti rumahku sendiri. Tapi yang pasti, belakangan ini tempatnya menjadi lebih nyaman. Awalnya kukira tempatnya gelap dan mengerikan, tapi kalian membawa banyak barang dan merubah pencahayaannya di dalam.”
“Seperti, suasana tempat itu mulai berubah layaknya sebuah ruang peleton, bukan? Walaupun tempatnya lebih luas, akhir-akhir rasanya menjadi sangat pas dan merasa seperti ‘di rumah,’ …. ”
Teringat ruang peleton ke-35, semuanya mengangguk.
Sulit dipercaya, tapi sebelumnya anggota-anggota ini bertarung untuk kembali ke tempat itu. Mereka menyerahkan diri untuk menyelamatkan dunia dan tempat dimana mereka berasal.
Perangnya berakhir lima tahun yang lalu dan mereka lulus dari sekolah tiga tahun yang lalu dimana mereka melepaskan ruang peleton itu dan memutuskan untuk mengambil jalan mereka sendiri. Awalnya mereka ragu, seperti mereka kehilangan tempat untuk kembali. Tetapi, belakangan ini Takeru mengerti bahwa bukan lokasinya yang penting. Tempat dimana rekan-rekannya berkumpul, adalah ruang peletonnya, tidak peduli dimana lokasinya.
Takeru selesai memijat pundak Ikaruga, kembali ke kursinya dan dengan senang meminum birnya.
“Yah, bukankah itu bagus? Orang juga tidak akan mengkritik kita tentang itu, kenapa tidak menggunakannya sebagai ruang peleton kita.”
“Aku tidak yakin merubah ruang kontrol menjadi ruang pribadi ide yang bagus. Malahan, tempat itu adalah rahasia terpenting seorang penyelidik.”
“Itu benar, tapi penting juga bagi Kiseki untuk merasa nyaman, kan? Dia selalu bilang bahwa dia senang setiap kali kalian datang.”
Saat Takeru bilang begitu, Ouka membuka matanya sedikit terkejut.
“A-Apa aku juga termasuk?”
“Namamu yang sering keluar saat kita mengobrol.”
“… kau bohong. Aku yakin kau hanya kasihan padaku. Aku, ‘kan … dibenci oleh Kiseki.”
“Tidak, aku serius. Dia bilang dia terlalu malu dan tidak tahu mau mengobrol apa denganmu. Tidak mungkin dia membenci orang yang menghentikannya.”
“?! … Ta-Tapi kau tidak yakin … mfpmh, mmmfmph.”
Ouka mulai mengunyah saladanya untuk menyembunyikan kegelisahannya.
Apa yang Takeru bilang merupakan kenyataannya. Kiseki telah (secara harfiah) membangun ikatan emosional dengan anggota peleton ke-35 dan untuk pertama kalinya dalam hidupnya, dia menerima seseorang selain kakaknya. Berkat mereka, pandangannya meluas dan dia mulai berjalan di jalur selain kehancuran.
Poin yang menentukannya adalah perasaan jujur Ouka. Dengan bersimpati dengan perasaannya, Kiseki tidak lagi menginginkan kehancuran. Kiseki berterima kasih untuk itu. Mereka bisa bersama sekarang adalah berkat anggota peleton ke-35 dan Ouka.
“Kiseki-san sudah menjadi sangat ceria, belakangan ini dia tertarik dengan fashion dan memintaku untuk membelikannya.”
Mendengar Usagi mengatakan itu, Ikaruga mengabaikannya.
“Daripada ceria, dia menjadi lebih jujur. Dia menyembunyikan keegoisannya sampai sekarang, agar tidak menyesal. Walaupun akulah yang menyuruhnya untuk jujur dan tidak menyembunyikan emosinya, dia terus mengejutkanku dari waktu ke waktu.”
“Ya-Yah, tentunya dia kadang bilang ‘Tidak♪’ dengan senyuman lebar. Tapi Suginami, kau menyukai Kiseki-chan yang sekarang, ‘kan? Aku lebih suka dia yang sekarang.”
“Aku tidak menyukainya. Aku hanya tidak membencinya lagi.”
“Oh kau, kau malu-malu kucing lagi — fghuoh!”
Ikaruga yang sedang bersandar dengan tangannya mencubit hidung Mari dan menariknya.
“Aku tidak tahu malu, itu kenyataannya. Tidak mungkin seorang perempuan menyukaiku juga. Malah, dia masih belum mengerti apa artinya menyukai orang lain. Tapi, aku bisa katakan kalau selain Kusanagi, Orang yang paling dia terbuka baginya ialah Usagi. Sepertinya kalian berdua menghabiskan banyak waktu bersama, apa terjadi sesuatu?”
Usagi yang mengangkat karaage ke dalam mulutnya memiringkan kepalanya dan berpikir.
“Mmm, seperti yang aku katakan sebelumnya, dia tertarik dengan pakaian… dan walaupun aku tidak sebaik Suginami, kita bersenang-senang sambil mencocokkan pakaian dengannya.”
“Tidak heran dia akhir-akhir ini mulai memakai pakaian selain seragam yang dia pakai untuk kamuflase.”
“Tetapi, mengingat dia tertarik pada pakaian, kalau kau memang benar-benar memikirkannya ….”
Menaruh jari di mulutnya, Usagi mengerutkan alisnya.
“Aku tidak bisa berhenti berpikir bahwa … dia mungkin ingin pergi keluar.”
“Bukan itu artinya dia ingin onii-chan kesayangannya melihatnya sebagai gadis yang manis?”
Mari bertanya, membuat Usagi berpikir tentang itu dengan,
“Hmm ….”
“Aku tidak merasa dia ingin dilihat sebagai gadis manis tapi … akaian yang dia pilih sangat beragam. Jaket untuk mendaki bukit, pakaian formal, pakaian ski, sampai gaun berduka. ”
Seperti yang Usagi katakan, daripada hal yang membuatnya terlihat manis, mereka merupakan pakaian yang digunakan sesuai keadaan.
“… Takeru, bukannya menurutmu Kiseki mau pergi keluar?”
Ditanyai oleh Ouka, Takeru menyipitkan mata dan minum birnya dengan perlahan.
“Sepertinya begitu, tapi kita telah menyusahkan orang lain lebih dari apa yang kita bisa balas … kita tidak bisa lebih egois lagi.”
“… tapi, bagaimana dengan tujuanmu?”
“Memberikan dia hidup normal … tentu, apa yang dia punya itu jauh dari normal, tapi dia sudah terlihat senang. Aku juga, sudah senang sekarang.”
“….”
“Aku pikir kalau lebih dari ini, akan menjadi sebuah kemewahan.”
Di saat Takeru bilang begitu, Kanata melingkari lengannya di sekitar lehernya dan mulai melepaskan stres yang ia kumpulkan karena komplain yang ia harus dengar. Tempatnya berubah menjadi berisik, Mari dan Ikaruga tertawa dengan keras.
“….”
Sementara itu, Ouka meletakkan tangan di dagunya seolah memikirkan sesuatu.
- Home
- All Mangas
- Taimadou Gakuen 35 Shinkai Shoutai, Another Mission II
- After Mission - Lima Tahun Kemudian - Tahun Baru, Peristiwa Terakhir (Part 2)