- Home
- All Mangas
- Ore ga Suki Nano wa Imouto Dakedo Imouto Janai
- Chapter 02 - Adikku Mencapai Puncak Tertinggi (Part 5)
“Lalu? Kau pikir apa yang membuat novelmu menarik?”
Aku menjelaskan situasinya pada Suzuka dan menanyakan pendapatnya. Karena aku sudah mencapai batasku, aku menjelaskan semua kebenarannya, mulai dari Mai yang merupakan Enryuu Homura, sampai alasan dia mengikutiku karena ingin mengetahui apa yang membuat novelnya Suzuka sangat menarik. Saat membuat makan malam dan makan bersamaku, dia terus memberi tatapan yang seolah-olah berkata “Aku mengerti.” atau “Ya memang Homura-san sangat cantik.” atau “Teteknya dia juga gede.” Selesai makan, dia kelihatannya mulai sedikit tenang, membuatnya mungkin bagi kami berbincang seperti biasa … tapi ekspresi wajahnya tidak berubah sedikit pun.
“Ada apa dengan pertanyaan mendadak ini? Apa tujuanmu menanyakan itu?”
“Yah, sebenarnya Mai sudah menanyakan itu berkali-kali … jadi, di luar aku adalah Towano Chikai kan? Bukankah akan mencurigakan kalau aku tidak bisa menjawab pertanyaan itu?”
Sebenarnya, dia tidak mau membeberkan rahasianya kepada siapapun selain aku, tapi kali ini aku memilih Mai sebagai pengecualian.
“Dan kalau aku memberitahumu, apa kamu akan memberitahunya? Kamu terlalu jujur, Onii-chan. Memanggil dengan nama depan, hubungan kalian pasti sangat baik.”
“Aku dipaksa dia untuk melakukannya … dan lagi, kalau aku menjawab pertanyaannya, mungkin dia akan berhenti menguntitku, kan?”
“Hmm … mungkin ada benarnya … tapi ….”
Setelah berpikir keras, dia menarik nafas panjang, dan menghela.
“Kenapa jadi begini? Padahal aku baru saja menemukan topik yang bisa dibicarakan dengan Onii-chan … kenapa orang secantik itu harus muncul dihadapannya ….”
“Memangnya apa yang biasa dia lakukan selain dari penampilannya … ?”
“Banyak … dan lagi menguntit? Dia akan mengikutimu kemana saja ‘kan, Onii-chan? Mungkin saja kamu sudah terbuai dengan godaannya.”
“Godaan … kau ini … sudah kubilang tidak apa-apa. Aku akan memastikan kegiatan menguntitnya tidak keluar jalur.”
“Bukan itu maksudku.”
Lalu apa maksudnya … ?
Kalaupun kutanya, Suzuka mungkin akan mengalihkan pandangannya dan tetap diam ….
“Intinya, untuk lepas dari cengkramannya, lebih baik kau menjawab pertanyaanku sebisa mungkin.”
“Aku sendiri tidak tahu.”
“… Hah?”
“Kan sudah kubilang sebelumnya, kalau aku kesurupan saat menulis novel. Makanya aku tidak bisa bilang alasan kenapa novelnya sangat menarik.”
“Tu-Tunggu. Mana mungkin penulisnya sendiri tidak tahu jawaban untuk pertanyaanku barusan …”
“Sekarang kupikir, novelku masih belum cukup. Aku selalu merasa ada yang hilang … bukan berarti aku merasa cukup, bahkan ada yang bilang kalau itu su-dah cu-kup.”
“Setiap ulasan memang membantu, tapi siapa yang bilang begitu?”
“Onii-chan, aku merasa kesal sekarang, bisa kamu diam sebentar saja?”
Serem … aku tidak pernah merasa ketakutan dengan kata itu sebelumnya.
“Sejak musuh seperti Himuro-san muncul, aku tidak boleh lengah.”
Bagaimana bisa dia menjadi musuhmu sekarang? Apa kau, ingat? Akulah yang menderita di sini. Apa ini juga karena Mai seorang penulis?
“Tapi … aku tidak tahu apa yang kulewatkan, apa harus kurubah saja di volume kedua … enggak ada ide sama sekali.”
Jadi dia masih tidak puas setelah membuat novel komedi-romantis adik perempan dan langsung populer? Tunggu sebentar, ini bukan waktunya menunjukan rasa hormatku! Aku ingin tahu rahasinya tapi percakapan kami melenceng jauh! Aku tidak bisa memikirkan apa sih yang kurang. Tapi meninggalkannya sendirian itu adalah hal yang tidak bisa kulakukan, jadi aku meninggikan suaraku.
“Hei, Suzuka.”
“Apa, Onii-chan?”
“Mumpung kau sedang mencari apa yang kurang, kalau tidak keberatan apa aku boleh membantumu?”
“… iya?”
Dengan ekspresi terkejut di wajahnya, Suzuka menatapku dengan tajam.
“Ya-ya, itu loh, kau tahu ‘kan? Aku tidak bisa tinggal diam kalau kau dalam kesulitan. Aku sudah tahu. Dan aku akan membantumu, ini biasa, iya ‘kan?”
Kupikir kalau membantunya mencari apa yang dia kurang bisa membantuku menjawab alasan dari kenapa novelnya sangat menarik.
“Onii-chan …?”
“Enggak, yah, dua kepala jauh lebih baik daripada satu iya ‘kan? Aku tahu aku juga enggak begitu jago –“
“Enggak kok! Tolong, bantu aku!”
… memberhentikanku di tengah pembicaraan, Suzuka hampir berteriak. Aku sedikit kaget, kupikir dia mau menolakku.
“U-Uhm, aku tahu kamu yang memintanya tapi apa kamu sendiri tidak keberatan?”
“Enggak. Ide Onii-chan pasti akan sangat membantu.”
Dengan mengeluarkan buku dan pulpen, dia langsung mulai menulis.
“Kalau begitu, tolong beritahu aku poin dan aspek yang kurang dari novelku.”
“Eh? Ah … tapi … meski kau bertanya padaku … aku sendiri juga tidak tahu.”
“Tidak mungkin. Tolong, katakan saja bagian yang penting Onii-chan.”
“Kenapa kau menekanku?! Kenapa kau malah mengandalkanku?!”
“Huh?! Iya … itu karena … iya! Karena kamu juga seorang penulis novel juga, jadi kusimpulkan Onii-chan bisa membantuku! … atau jangan-jangan? Kamu mengatakan sesuatu yang Onii-chan sendiri tidak ada ide sama sekali?”
Langsung mengenaiku tepat sasaran, aku tidak bisa berbuat apa-apa kecuali terdiam. Kalau sudah begini, bertingkah seperti kakaknya mungkin akan berakhir mengurangi banyak poin ..tidak sebanyak waktu awal-awal tadi. Aku memutar otakku dan mati-matian mencari ide ….
“I-Itu dia! Bagaimana kalau kita minta saran dari Shinozaki-san?”
“Shinozaki-san?”
“Iya. Dia adalah orang terdekat kalau urusan mencari poin-poin di novelmu. Meminta bantuan dari editormu di saat-saat seperti ini adalah awal yang bagus.”
Lagian aku juga membaca apa yang ada di internet … sejak aku dari awal tidak punya editor.
“Tapi, apa tidak masalah meminta sarannya?”
“Tidak perlu khawatir. Bukankah memang itu pekerjaannya? Jadi? Ayo lakukan.”
Mengajak Suzuka keluar dari ruang tamu, kami berjalan ke kamarnya. Setelah menyalakan laptopnya, kami menulis email untuk Shinozaki-san.
“Apa aku mengganggunya ya, karena aku membutuhkan bantuannya.”
“Yah, dia sedikit spesial … tapi karena ini novel ringan, kupikir dia akan sungguh-sungguh mendegarkan permintaanmu? Kita tunggu saja … besok paling dia punya jawabannya.”
Baru saja aku selesai berasumsi, suara nontifikasi langsung datang dari laptop Suzuka.
“Oh, ada email masuk.”
“Sudah masuk?!”
“A-Apa ini … apa dia tidak ada pekerjaan lain …?”
“Ya-Ya, lebih cepat lebih baik. Terus? Dia bilang apa?”
“Biar kubacakan… ‘Mengagumkan bagi anda untuk mencapai lebih tinggi, meski penjualan novel anda di luar dari dugaan. Sekarang, anda ingin untuk membuat novel anda jauh lebih menarik tapi saya pikir, anda ingin memperbaiki beberapa bagian.’ “
“Wow, seperti yang kau harapkan dari editormu. Memberi saran seperti itu.”
Berusaha membuat Suzuka yakin kalau dia membuat keputusan yang tepat, dia lalu melanjutkan membaca email tersebut.
“Dia bilang lagi ‘Contohnya dari beberapa bagian fanservice. Itu tidak terlalu nendang menurut saya, pendapat pribadi saya mungkin tidak apa-apa agar dibuat adegan sedikit lebih mesum.’ “
“Lanjutnya ‘Lebih tepatnya, bagaimana kalau dibuat beberapa adegan panchira? Itu pasti akan memanjakan pembaca. Bukan hanya lewat ilustrasi gambar saja tapi juga detail dari novel tersebut.’ “
TL note:
pantsu = celana dalam, chira = kiasan untuk melihat sesuatu sekilas. Tambahan, singkat aja seperti enggak sengaja kelihatan ITU.
“Tu-Tunggu dulu!”
Dari kamus mana kata konyol yang orang ini katakan?!
“ ‘Aku tahu mungkin ada beberapa hal lain yang bisa dicoba, tapi bagaimana kalau anda mencobanya saja dulu sedikit?’ … selesai.”
Setelah membaca email, Suzuka memalingkan wajahnya ke diriku. Apa ini hanya perasaanku saja atau memang suhu ruangan ini tiba-tiba lebih dingin?
“Onii-chan ….”
“Ah! I-Ini … maafkan aku! Orang ini memang – “
“Panchira itu apa sih?”
“Hah?”
Detik-detik aku ingin berlutut di depan Suzuka untuk mengulur waktu, dia menghentikanku di tengah-tengah.
“Aku tidak pernah mendengar kata ini sebelumnya.”
“Eh? Benarkah? Kau tidak pernah mendengarnya ….”
Dinobatkan sebagai Ojou-sama di sekolah … tapi … tingkat kesucian ini sedikit aneh ….
“Terus? Jelaskan padaku sekarang apa itu panchira? Dia bilang tadi sebagai fanservice untuk pembaca.”
Rupanya dia benar-benar tidak tahu, dia bertanya dengan sungguh-sungguh mengenai hal itu. Mana ada di dunia ini seorang kakak yang mau menjelaskan hal seperti itu kepada adiknya ….
“Enggak, enggak, enggak! Lupakan itu! Itu tadi mungkin hanya candaan Shinozaki-san saja! Ya, aku yakin itu!”
“Tidak mungkin ‘kan seorang editor bercanda di saat-saat seperti ini? Kamu pastinya tahu ‘kan apa itu panchira Onii-chan? Tolong jelaskan padaku.”
“Je-Jelaskan?! Panchira?!”
“Iya. Karena Shinozaki-san bilang begitu, itu pastinya kosa kata yang ada di novel ringan ‘kan?”
“Iya, ada sih memang hubungannya tapi ….”
“Kalau begitu, aku harus tahu itu.”
Uuuu~ jangan melihatku memelas begitu … menjelaskan padanya sih enggak salah … tapi penjelasannya yang ngawur.
“Ke-Kenapa kau tidak cari saja di internet?”
“Hah? Tapi kamu ‘kan tahu Onii-chan, iya ‘kan? Buat apa aku cari tahu di internet kalau kamu bisa tinggal bilang padaku.”
“Be-Benar juga sih tapi … ini tuh, anu ….”
“Ada apa sih? Bukannya kamu mau membantuku Onii-chan?”
Ugh … ucapannya langsung menusuk dadaku ….
“Sekarang mari kita bicarakan hal ini, kamu mungkin masih marah karena aku menjadi penulis novel ringan terkenal duluan daripada kamu. Itu sebabnya Onii-chan tidak mau membantuku ….”
“Aku enggak marah kok! Ya mamang benar aku sangat iri dan frustasi sekali, tapi aku tidak marah padamu karena hal itu!”
“Kalau begitu tidak ada masalah, iya ‘kan? Tolong ajari apa itu panchira, kumohon.”
Si-Sialan … karena sudah terlanjur, aku tidak bisa lagi mengelak. Lagian nanti dia juga akan tahu sendiri, jadi akan lebih baik untuk memberitahunya sebagai kakak laki-lakinya!
“Aku paham, aku paham! Aku akan ajarkan itu! Tapi! Ingat ya, ini hanya untuk penelitianmu … untuk novelmu saja, paham?!”
“Iya, tentu saja.”
Dia menjawab sambil memegang buku catatannya dengan kencang.
Aku lalu perlahan membuka mulut.
“Pertama, ini penting kujelaskan padamu kalau kata panchira itu hanya singkatan saja.”
“Begitu ya. Jadi ini mirip tanya-jawab atau kata-kata promosi yang sering jadi iklan.”
“Iya. Singkatan ini terdiri dari dua kata. Kata ‘Chira’ dari panchira artinya sesuatu yang bisa dilihat sekilas.”
“Oke, oke. Jadi sesuatu yang bisa dilihat sekilas ….”
“Terus kata ‘Pan’ dari panchira singkatan untuk … celana dalam ….”
TL note:
di raw ditulis celana dalam ditulis pantsu.
“Hmmm, begitu ya … celana dalam artinya … eh?”
Setelah mendegar ucapanku, seketika dia lansung berhenti menulis. Ah … sekarang sudah terlanjur, lansung saja!
“Ya! Jadi panchira artinya celana dalam seorang gadis yang bisa dilihat sekilas, kebanyakan tanpa si gadis itu sadar!”
“Apa ini seharusnya jadi candaan yang jelek, Onii-chan?”
Suzuka menatapku dengan wajah penuh hinaan … sialan, kenapa sih? ‘kan sudah aku jelaskan yang sebenarnya, kenapa aku harus bertemu matanya yang itu?!”
“Kau salah! Memang ini artinya! Adegan ini sering dipakai di novel ringan untuk membuat pembaca lebih tertarik!”
“Aku tidak mengerti. Shinozaki-san bilang kalau pembaca akan lebih menyukai fanservice iya ‘kan? Kenapa masih dibilang sebatas fanservice kalau mereka bisa tinggal langsung melihatnya?”
“Iya karena ….”
Kau akan senang. Kau pasti akan senang kalau melihat celana dalam seorang gadis. Ini adalah kebenaran yang tak terbantahkan di dunia ini … apa yang barusan kupikirkan?!”
“Ada apa? Jadi ini semua hanya candaan saja?”
“AGHHH! Ya ampun! Karena ini membuat kami bahagia! Karena kebanyakan dari pembaca novel ringan masih seusiaku, siapapun pasti akan terangsang! Enggak lebih, enggak kurang!”
Kau mau mencapku sebagai kakak mesum silahkan saja! Apa yang kukatakan memang benar kok!
“Katamu … itu membuatmu senang ….”
Diluar dari dugaanku, Suzuka rupanya sedang mencatat.
“Uhm … Suzuka-san ….”
“Onii-chan … waktu ada adegan panchira, apa itu membuatmu senang?”
“Ha-Hah?! A-Apa yang kau katakan –“
“Kalau kamu memang bilang yang sebenarnya, maka seharusnya begitu, benarkan? Karena kamu seorang pembaca novel ringan, dan laki-laki. Juga kamu menulis novel, lagian. Karena itu, pastinya kamu akan senang kalau itu terjadi, iya ‘kan?”
Ya-Ya jelas aku tidak membencinya … kalau aku harus jujur. Tapi aku akan sangat bersyukur kalau itu terjadi padaku! Tapi apa iya aku bisa dengan bangganya bilang seperti itu di depan adikku sendiri ..? mana bisalah!
“Jadi aku benar.”
“Aku tidak bilang apa-apa loh?!”
“Tapi aku sudah paham sekarang, arti dari panchira … itu menjelaskan kenapa ada banyak sekali adegan itu di novel ringan kamu ….”
“HEEEEY! Su-Suzuka-san?!”
“Kamu pasti senang ‘kan, kalau itu terjadi … tapi kalau memang aku harus menunjukan celana dalamku … itu … uuuu~ … ta-tapi ….”
“Tolong dengarkan orang lain mau bicara dulu, oke? Kumohon!”
Cih, dia tidak mendengar apa yang kukatakan … dia terus bicara sendiri … ah … di kepalanya … mungkin dia sudah mencapku sebagai “Pecinta panchira mesum.” … rasanya seperti harga diriku sebagai seorang kakak hancur lebur ….
“Maaf, onii-chan. Bisa kamu keluar dari kamarku?”
..?! Aku diusir dari kamarnya … bukan aku tidak mengerti perasaannya. Dia tidak mau satu ruangan dengan kakaknya yang pecinta celana dalam mesum … sudah kuduga. Apa yang harus kulakukan setelah ini …?
- Home
- All Mangas
- Ore ga Suki Nano wa Imouto Dakedo Imouto Janai
- Chapter 02 - Adikku Mencapai Puncak Tertinggi (Part 5)