- Home
- All Mangas
- Ore ga Suki Nano wa Imouto Dakedo Imouto Janai
- Chapter 02 - Adikku Mencapai Puncak Tertinggi (Part 6) [END]
Setelahnya, aku menuju dapur di lantai satu. Aku butuh minum untuk menenangkan diriku atau bisa-bisa aku jatuh pingsan. Tiba-tiba, aku mendengar suara pintu terbuka jadi aku langsung memalingkan kepalaku mengarah ke sumber suara.
“Onii-chan, apa kamu di sana?”
“Hah? Suzuka?! Kenapa kau ada di sini -?!”
Aku langsung terdiam sebelum aku menyelesaikan bicaraku. Sadar kalau Suzuka sudah mengganti pakaiannya. Tadinya, dia mengenakan celana pendek … tapi sekarang, untuk beberapa alasan, dia menggantinya dengan rok. Juga ukurannya sangat-sangat pendek … dia punya model yang seperti itu, gadis ini … dengan beraninya menutupi bagian PENTINGNYA saja.
“Hm? Ada apa, Onii-chan? Wajahmu seperti orang bertemu beruang di gunung.”
“Ha-Hah?! Tunggu … seharusnya aku yang bilang begitu! Ada apa dengan pakaianmu?!”
Sambil melihat pakaiannya, Suzuka menjawab dengan ekspresi tenang.
“Begini Onii-chan … aku sekarang ingin meneliti panchira. Itulah alasannya.”
Dia mengeluarkan alasan tidak masuk akal.
“Eh?! Kau bilang … meneliti?”
“Ya. Karena aku ingin menggunakannya di novelku. Lagian, aku ingin langsung mendapatkan pengalamannya. Aku juga butuh bantuanmu, Onii-chan.”
“Enggak, enggak, enggak … tunggu dulu. Aku tidak mengerti apa yang kau katakan ….”
“Kenapa memangnya? Kamu juga ingin menaikan kualitas novelmu dengan pengalaman yang beda, iyakan?”
“I-Iya sih, tapi … meneliti panchira?!”
Aku tidak mengerti. Aku tidak paham sama sekali. Kau tidak bisa mendapatkan satu pengalaman pun dengan panchira, benarkan? Mencampurkan novel ringan dengan dunia nyata adalah ide buruk. Dan apa tujuanmu sebenarnya ingin meneliti panchira?!
“Karena aku tidak pernah merasakan sama sekali pengalaman panchira. Aku ingin tahu rasanya seperti apa. Dilihat, juga melihatnya. Tolong, ajarkan aku. Onii-chan.”
“Jadi … itu artinya kau ingin adegan panchira iyakan? Singkatnya kau ingin aku … melihat celana dalammu …?”
Begitu ya, kepalaku sudah menggila sekarang. Aku bisa mendengar hal konyol seperti itu sekarang. Kayaknya, aku harus pergi ke rumah sakit sekarang.
“Kalau yang aku ingat, kamu bisa melakukan yang seperti ini … angkat rokku sedikit jadi kamu bisa melihatnya – “
“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!”
Aku langsung menghentikan Suzuka yang mengangkat roknya.
“Ka-Kau bodoh ya?! Hentikan itu! Ini bukan sesuatu yang seorang gadis lakukan di depan laki-laki tahu!”
“Aku tidak sedang bercanda.”
Pastinya, dengan melihat wajahnya yang tenang, dia tidak sedang bercanda sama sekali.
“Aku ingin meningkatkan novelku. Untuk itu, aku harus berubah. Kamu benar, aku tidak bisa melakukan ini, memperlihatkan celana dalamku ke orang lain. Itu kenapa aku meminta bantuanmu, Onii-chan.”
“Uwuuuuuuu ….”
Mendengarkan ucapan jujurnya, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Bersiap melakukan apapun demi menulis novel yang menarik. Itu adalah hal yang sama denganku. Kuakui, aku tidak bisa merubah pikirannya.
“Ini hanya akting saja, tidak lebih. Itu kenapa aku memohon padamu, Onii-chan. Kumohon bekerja samalah denganku.”
Kalau dipikir-pikir Suzuka dengan tulusnya meminta bantuanku, yang pertama itu hal yang benar. Dan aku tidak bisa menahan diriku saat dia langsung meminta bantuanku.
“Haaa ….”
Aku mengambil nafas panjang untuk menenangkan diriku. Ini hanya untuk mengumpulkan data. Penting untuk menulis novel dengan kualitas wahid. Ini tidak lebih dari mencoba berakting seperti protagonis di novel ringan.
“Aku mengerti, aku akan membantumu.”
“Onii-chan … terima kasih banyak.”
Melihat usahanya, aku juga mempekuat usahaku sendiri. Hanya untuk mengumpulkan data … walau aktingnya meleset dari adegan panchira! YA! Kalau aku harus melihat celana dalam adikku sendiri!
“… baiklah, ada satu hal penting sebelum kita mulai. Ada perbedaan antara panchira dan kau mengangkat rokmu sendiri, ingat itu ya.”
“Jadi begitu. Rupanya hal ini dalam juga ya.”
Sambil aku berbicara, Suzuka menulis di bukunya.
“Dan? Lebih tepatnya, apa yang kau ingin teliti dari panchira?”
“Terutama situasi penyebab panchira. Bisa kubilang, itu terjadi dalam kedaan apa.”
“Begitu ya. Sederhana saja. Suzuka, coba kau duduk di sini.”
Suzuka langsung “Seperti ini?” sambil duduk di lantai ruang tamu. Saat melakukannya, dia mengangkat roknya, menunjukan celana dalamnya untuk aku lihat.
… model bergaris. Shimapan ya.
TL note:
Shimapan adalah model celana dalam bergaris.
Jadi dia memakai celana dalam model seperti ini … apa yang kubicarakan di situasi ini?!
“Begitu ya, ini membuat celana dalamku bisa dilihat.”
“Kau masih tenang saja ya ….”
Yang benar saja, mau sekuat apapun aku bertahan, aku masih merasa malu.
“Hah? Ada apa, Onii-chan? Kenapa kamu memalingkan matamu?”
“I-Iya, meski ini demi membantumu, rasanya, aku merasa berdosa kalau terus melihatnya, kau tahu?”
“Tapi. Aku sudah tidak punya hal yang ingin kuminta. Bisa tidak kau melihatnya lebih lama?”
Ini pasti pertama kalinya bagi seorang gadis meminta pria yang sangat-sangat beruntung untuk melihat celana dalamnya yang dipamerkan. Aku memaksakan untuk memalingkan wajahku dan melanjutkan melihat celana dalamnya … aku tidak bisa!
“Tuh ‘kan, kenapa kamu buang mata lagi sih?”
“Kalau aku terus melihatnya, mataku bisa tambah parah.”
“Kita tidak membicarakan efek menonton TV di sini.”
“Itu masih dihitung tahu!”
“Jangan bilang celana dalamku seperti cahaya matahari … apa jangan-jangan … kamu senang melihat celana dalamku?”
Pernyataannya hampir membuatku melompat kaget.
“Ma-Mana ada! Meskipun kalau kita membicarakan celana dalam, itu ‘kan celana dalammu, iyakan? Adikku?! Pasti akan lebih aneh bagiku untuk terus melihatnya!”
Mataku fokus ke celana dalamnya lagi, terus berbisik pada diriku kalau itu milik adik sekandungku. Dengan itu, baiklah, dengan itu aku bisa tenang sekarang.
“Hmph! Tidak mungkin seorang kakak terangsang melihat celana dalam adiknya sendiri!”
“Hmm, begitu ya. Jadi tolong beritahu aku situasi terjadinya panchira yang lain.”
“Ya, tidak masalah. Tidak mungkin kau tidak paham kosakata ini.”
Sadar kalau rasa maluku sudah dalam kendali, aku mengusulkan situasi yang lain.
“Waktu mengambil sesuatu, sambil kau membungkuk itu juga termasuk.”
“Begitu ya. Seperti ini?”
Dia membalikkan badannya menghadapku dan berakting seolah dia ingin mengambil sesuatu. Karena roknya pendek, mengulurkan tangannya sedikit saja akan menampilkan seluruh celana dalamnya. Ha. Tidak ada yang tidak mungkin.
“Ini juga bisa terjadi waktu kau sedang berbicara pada anak kecil sambil berjongkok.”
“Seperti ini ..? Benar juga, ini menjadi terlihat.”
Apapun yang dia lakukan, karena roknya terlalu pendek, celana dalamnya selalu hampir terlihat.
“Mencoba mengambil sesuatu di tempat yang tinggi juga bisa.”
“Begitu ya.”
Begitulah yang dia bilang setelah dia mencobanya.
Kalau kau bisa menyesuaikan pandanganmu sedikit saja, itu terlihat semua. Mengenakan rok mini seperti itu adalah dosa bagi semua pria … membuat mereka mudah terangsang.
“Contoh yang lain waktu kau duduk di bangku dan kakimu terangkat.”
“Seperti ini? Kamu bisa melihatnya seperti ini?”
“Jangan khawatir. Dengan melihatnya seperti ini, kau bisa melihat bagian segitiga celana dalam. Jadi itu dihitung.”
“Eh? Oh, kamu benar. jadi ini juga bagian penyebab adegan panchira.”
“Jangan memberi celah sedikitpun waktu memakai rok mini. Laki-laki selalu menunggu saat-saat itu.”
“Itu menarik, baiklah. Seperti yang kuharapkan dari Onii-chan, menjadi sangat bersemangat karena ini, iyakan?”
“HA?! E-Enggak kok! Bukan itu maksudku! Itulah yang dipikirkan setiap laki-laki! Jangan salah paham!”
“Yang benar?’
“Ugh … terus? Aku yakin ini menjadi pelajaran yang bagus untuk novelmu, benarkan?! Jadi, sekarang? Apa kau puas?”
“Iya. Aku mengerti ada banyak hal yang harus diingat dari panchira.”
“Syukurlah.”
“Juga, dari reaksi Onii-chan, aku mengerti kenapa panchira termasuk adegan fanservice.”
“Jangan bilang begitu!”
Kampret … rasanya aku kehilangan sesuatu sebagai manusia ….
“Tapi, apa kau pikir, kau bisa menulis volume kedua lebih menarik sekarang?”
Baiklah. Lagian ini memang tujuanku … yah ini bukan berarti kalau berbicara panchira akan merubah banyak hal.
“Iya, aku tidak paham semua sekaligus tapi kupikir aku bisa.”
“Apa kau serius?”
Apa yang sebenarnya membuat Suzuka tidak puas dengan semua ini? Kupikir dia bisa memahaminya … tapi sepertinya aku sudah kelewatan.
Kelelahan dengan semua ini, aku bersandar di sofa ruang tamu. Rasanya seperti stress dan lelah menyerangku. Suzuka di lain sisi terus menulis di bukunya. Dia rupanya lumayan kuat.
“Terima kasih Onii-chan, rasanya aku bisa menuangkan pengalamanku di novelku. Aku sangat berterima kasih untuk hari ini.”
“Ah, baguslah. Tidak masalah ….”
Aku tidak bisa menjaga mataku agar tetap terbuka. Rasa lelah ini terlalu kuat. Aku juga akan menulis beberapa mental terkait panchira juga … tapi otakku sudah tidak mau.
“Kalau begitu, aku balik ke kamar.”
Ingat dengan hal penting. Aku memaksa diriku untuk bangun sekali lagi sebelum akhirnya tertidur.
“Tunggu, Suzuka.”
“Iya?”
Aku memanggilnya, memanggilnya untuk berhenti sesaat. Aku lupa hal yang ingin kusampaikan.
“Rok mini itu … jangan pernah kau pakai di luar, oke? Itu terlalu pendek. Aku akan terus membantu penelitianmu sampai kapanpun, jadi jangan biarkan orang lain melihat celana dalammu demi meneliti panchira.”
“Hah?”
Terlalu telat bagiku kalau aku terlalu blak-blakkan … aku tidak ingin Suzuka menjadi Shinozaki-san … saat aku berusaha untuk mengangkat kepalaku, aku mendengar Suzuka.
“… kamu bilang apa? Sudah jelas ‘kan.”
Dia berkata sambil menatapku.
“Baiklah … selama kau paham.”
“Aku tidak ingin seperti itu, sunggu. Aku hanya ingin mengumpulkan data. Juga –“
Saat dia berbalik dan membuka pintu.
“- aku tidak akan melakukan hal seperti itu kepada siapapun kecuali Onii-chan, kau tahu …?”
Ditinggal sendirian, aku merenungkan ucapan terakhir Suzuka.
“Benar, semoga kau memberiku kelonggaran ….”
Haaa … hari yang kacau. Bahkan aku tidak kemajuan sama sekali ….
“Dan … apa yang harus kulakukan dengan novelku untuk lomba novel nanti?”
Aku masih tidak ada kemajuan sama sekali baru-baru ini.
Aku memikirkannya, sambil tertidur di sofa.
- Home
- All Mangas
- Ore ga Suki Nano wa Imouto Dakedo Imouto Janai
- Chapter 02 - Adikku Mencapai Puncak Tertinggi (Part 6) [END]