- Home
- All Mangas
- Ore ga Suki Nano wa Imouto Dakedo Imouto Janai
- Chapter 02 - Adikku Mencapai Puncak Tertinggi (Part 2)
“Haaaaa. Akhirnya selesai.”
Keesokan harinya sepulang sekolah. Setelah jam pelajaran berakhir, aku sangat kelelahan. Karena aku masih punya waktu sebelum kerja, aku memutuskan untuk memejamkan mataku sebentar….
TL Correction:
kerjanya itu part-time ya … situ taulah.
“ …?”
Tapi saat itu terjadi, ada hal tak terduga. Suara bising yang biasa terdengar setiap pulang sekolah tiba-tiba menjadi sunyi. Menyadari apa yang terjadi, aku mengangkat kepalaku. Semua orang terdiam dan terkejut.
“… mungkin cuman perasaanku saja? Mereka sepertinya sedang melihat ke sini.”
Mengikuti tatapan mereka, aku melihat ke depanku.
“Sepertinya kamu sudah bangun.”
Suaranya berasal dari atas kepalaku.
“… Kamu tidak sedang setengah tidur, ‘kan?”
Seorang wanita dengan wajah seramnya berdiri di hadapanku. Mata besar yang dipenuhi dengan kemauan yang kuat. Porsi tubuh yang ramping dan kedatangannya tahu betul apa yang dia mau. Singkatnya, kecantikan yang tidak dapat disangkal.
“Siapa?”
Aku bergumam, mungkin karena aku masih setengah tidur.
Aku menyesali kata-kataku tidak lama kemudian. Mendengar kata-kataku, wanita cantik di depanku membuka matanya lebar-lebar dengan ekspresi tidak senang dan menjawabku dengan nada tinggi.
“Kau tidak mengenalku …?!”
… ya itu dia, yang ada di depanku ini adalah orang terkenal di sekolah.
“Hi-Himuro Mai?!”
“Terima kasih karena mengingat nama lengkapku.”
Dia menjawab setelah sedikit memiringkan kepalanya.
Melihat itu, aku benar-benar berpikir kalau dia pantas disebut imut. Tidak ada seorang pun yang tidak mengenalnya di sekolah ini. Meskipun dia masih kelas satu sepertiku, ketenarannya meningkat dengan sangat cepat. Bahkan ada rumor yang mengatakan kalau dia pernah menolak kakak kelas yang menyatakan cinta padanya dengan kejam. Itu pun menjadi semacam legenda sekolah. Aku dengar karena cara penolakannya yang kejam, orang-orang yang menyatakan cinta padanya masih trauma. Karena kejadian itulah, dia menjadi sesorang yang membuat pria tidak berani mendekatinya. Sang Ratu Es atau Benteng Tak Tertembus adalah julukanya, membuat orang-orang seperti memiliki keinginan untuk mati kalau mencoba mendekatinya. Dan dia hidup tanpa memperhatikan itu semua.
“A-Apa yang kamu inginkan dariku?!”
Aku panik. Belum pernah berbicara dengan dia sebelumnya.
“Ada yang ingin aku bicarakan denganmu. Ikut aku sebentar.”
Seketika, ruang kelas dipenuhi dengan kebisingan kembali.
“Kamu … ingin bicara? … denganku?”
Tanpa mendengar jawabanku, dia meninggalkan kelas. Aku sempat tercengang sebentar tapi karena aku memiliki waktu luang, aku dengan cepat menyusulnya. Setelah meninggalkan kelas, aku mendengar kegaduhan yang luar biasa dari kelas. Mungkin besok aku akan diajukan banyak pertanyaan.
“Kita bisa bicara di sini tanpa perlu takut ada yang menguping pembicaraan kita.”
Dia mengatakannya saat kami sampai di depan pintu atap sekolah.
“Oi, bukannya memasuki atap sekolah itu dilarang?”
“Tenang saja aku punya kuncinya. Kalaupun terkunci, aku bisa membukanya dengan mudah. Dan kalau tidak terkunci, kita tinggal masuk ‘kan?”
“Ini sama saja seperti kau memakai rok, maka tidak apa-apa kalau orang melihat celana dalammu karena enggak sengaja, kau tahu?”
“A-Apa?! Apa yang barusan kau katakan! Apa kau hanya bisa memikirkan hal-hal erotis seperti itu, dasar mesum!!”
“Ugh ….”
Aku sedih karena aku benar-benar tidak bisa tidak setuju dengannya. Sementara dengan pipinya yang sedikit memerah, dia berhenti memelototiku dan masuk kedalam atap sekolah. Melihat langit biru, jangkauan pandangku meluas dengan cepat.
“Lalu? Apa yang ingin kau bicarakan denganku?”
“Hmmph. Kau … Kau aneh ya. Semua laki-laki yang berdiri di depan wanita cantik sepertiku setidaknya mereka sedikit gugup, tahu?”
“Jangan menyebut dirimu sendiri cantik. Itu akan merusak kesanmu, tahu?”
“Ja-Jangan bilang begitu! Memang sudah kenyataannya kalau aku imut. Atau apa? Kau lebih suka kalau wanita tidak menyebut diri mereka sendiri imut?”
“Tidak, Tidak juga ….”
Jawabku padanya.
Dia menghela nafas dan melanjutkan,
“Mungkin kau juga berpikir kalau aku ini imut ‘kan? Baiklah, kalau kau berlutut dan mulai menggonggong, aku akan memberi pengecualian dan mengelus kepalamu.”
“…”
Saat kulihat dia mengulurkan tangannya, aku tidak bisa membalas kata-katanya. Dalam pikiranku, tanpa ragu aku mencapnya sebagai orang dengan tipe oujou-sama.
TL Note :
oujou-sama yang dimaksud adalah orang yang kepribadiannya angkuh. Bisalah dibilang Himedere.
Mendengar rumor dan melihat tingkah lakunya, hanya itulah kesimpulan yang masuk akal.
Tapi, setelah mendengarkannya sebentar, kesan buruk yang kupikir barusan mungkin berubah. Memang benar, dia berada di puncak kecantikan dan tingkah lakunya mungkin sedikit menakutkan, tapi dia memiliki banyak celah. Tapi, aku merasa lebih baik menjaga jarak dengannya.
“Ka-Kalau begitu aku mau kembali ….”
“He-Hei! Tunggu sebentar, mau kemana kau?!”
Saat aku ingin pergi, dia berbalik dengan panik dan menarik tanganku hampir teriak kebingungan.
“Kurasa aku ingin pulang sekarang ….”
“Ke-Kenapa?! Kubilang aku punya urusan denganmu ‘kan?”
“Memangnya aku punya urusan dengamu?!”
“Bukan begitu! I-Itu … hanyalah … prolog! Benar itu hanyalah prolog!”
“Kenapa harus ada prolog?!”
“Karena … kupikir aku perlu mendapatkan keuntungan … atau itu akan membuat frustasi….”
Saat memainkan jari, dia menggumamkan itu.
“Lalu ada apa? Aku harus segera berangkat kerja, jadi aku ingin menyelesaikan ini secepat mungkin.”
“Hei, jangan mengambil peran utama dalam obrolan ini! Lagian, kenapa tidak bilang dari awal kalau kau harus segera kerja! Aku harus segera menyelesaikan prolognya kalau begini!”
“Tidak, tidak perlu. Langsung saja ke intinya!”
“Kalau tidak sabaran seperti itu, kau tidak akan populer.”
Dia mulai mencari-cari sesuatu di tasnya dan mengeluarkannya.
“Hal yang ingin kubicarakan denganmu adalah ini ….”
“Eh? I-Ini ..?!”
Tidak salah lagi, yang ada di tangannya adalah novel Suzuka.
“Tentu saja kau pasti tahu apa ini, Towano Chikai-sensei.”
“Hah?!”
Dia melanjutkan, aku pun terkejut.
“A-Apa ini? Apa ada yang salah dengan novel itu?!”
“Ah, mencoba untuk menyebunyikannya percuma, tahu? Aku tahu betul kalau kau adalah Towano Chikai.”
Dia mengatakannya dengan penuh percaya diri.
Ba-Bagaimana dia bisa tahu?! Harusnya tidak ada yang tahu selain Suzuka, Esaka-san, Shinozaki-san dan orang-orang yang aku temui saat upacara penghargaan.
“Coba pikir lagi, bukankah ada banyak orang?”
“A-Apa? Jangan coba ngawur deh, oke?”
Tu-Tunggu, pikirkan dengan tenang. Satu-satunya alasan dia tahu identitasku adalah ….
“Kau … kau juga ada di upacara penghargaan?”
“Hehe. Benar. Lebih tepatnya, pesta setelahnya.”
“Tunggu dulu. Bukankah orang luar tidak diizinkan mengikuti acara itu?”
Itu artinya dia adalah orang penting yang ikut serta dalam upacara penghargaan ….
“Apa mungkin … kau ….”
“Haha, akhirnya kau menyadarinya. Benar, nama penaku adalah….”
“Kau adalah salah satu pembicara di panggung ‘kan?”
“Kenapa jadi kesitu?! Kau tidak salah dengan pembicara yang tampil di pesta itu tapi tetap saja!”
“A-Aku tidak tahu … bukannya kau cuman anak SMA normal? kenapa kau ada di sana?”
“Agh, dasar kau ini! Kenapa kau tidak memikirkan kemungkinan kalau aku ini penulis novel ringan?!”
“Pe-Penulis novel ringan?!”
Terkejut dengan reaksiku, wajahnya tidak berhenti memerah dan dia mulai memelototiku.
“Apa maksudnya dengan ekspresi tidak percaya itu? Padahal aku adalah penulis terkenal!”
“Penulis terkenal … kalau begitu, apa judul novelmu?”
“Aku memulainya dengan The Witch That Never Laughs dan sekarang aku menulis Sky Magic Guardian. Apa kau pernah mendengar SukaMaga?”
“Tu-Tunggu dulu! Itu artinya … !”
“Iya, itu benar. Aku adalah penulis terkenal! Enryuu Homura!”
Dia mengatakannya sambil tertawa keras.
Aku langsung terdiam
“Volume pertama langsung terjual sepuluh ribu cetak. Dilanjutkan dengan adaptasi anime tak lama setelahnya. Dengan laju ini, aku juga akan mendapatkan adaptasi anime! … hei, apa kau mendengarkanku?”
Dia bertanya sambil memiringkan kepalanya.
Karena tidak bisa menjawabnya, aku hanya berdiri, meraih seragamku. Setelah beberapa saat, aku berhasil mengeluarkan buku saku dan berkata,
“Aku adalah penggemar beratmu! Tolong berikan tanda tangan!”
Aku berteriak sambil berbalik menghadap Enryuu Homura-sensei. Aku bahkan membungkuk padanya. Dengan sudut 90 derajat yang sempurna.
TL note:
orang jepang biasanya membungkuk dengan sudut itu kalau mereka memohon sesuatu, atau saat berbicara dengan orang yang kedudukannya lebih tinggi dari mereka.
“Penggemarku … kau bilang?”
Bagaimanapun juga, Homura-sensei melanjutkan dengan nada terkejut.
“Pfftt … yang benar saja … kalau kau adalah penggemarku!”
Aku terkejut dan tidak percaya, dia menunjukkan reaksi yang aneh kepadaku saat wajahnya memerah seperti tomat.
“Huh? Kenapa kau marah?”
“Tentu saja aku marah! Dihina seperti ini!”
“Menghina?! Bukan begitu, aku benar-benar penggemar beratmu dan….”
“Kau bilang tanda tangan …? Itu … itu adalah yang kuinginkan darimu!”
Setelah mendengar teriakannya, mataku terbuka lebar.
“Eh? Apa maksudmu? Kau itu Enryuu Homura ‘kan? Kenapa kau mau tanda tanganmu sendiri? Huh? Are …?”
“Kau ngomong apa sih?! Yang aku mau itu tanda tangannya Towano Chikai-sensei!”
“Huh? Kenapa kau menginginkan tanda tangan dia?”
“Dia?”
“Ah. Tidak apa-apa, hiraukan saja! Kenapa kau ingin tanda tanganku?”
“Bukankah sudah jelas?”
Pikiranku menjadi kosong memikirkan alasan yang memungkinkan ketika suaranya yang jelas memotong jalur pemikiranku….
“Karena aku adalah penggemar berat Towano Chikai-sensei!!!”
“U-Uhm….”
“Ya-Ya gitu lah … ja-jadi bisa tidak kau cepat memberikannya? Di kertas ini, kalau bisa. Tolong dengan kalimat Untuk penggemar beratku di bagian atas dan Himuro Mai di bagian bawahnya!”
Selagi memegang kertas putih di hadapanku, tidak salah lagi dia mengatakan itu.
“To-Tolong tunggu sebentar. Aku sangat bingung ….”
“Apa? Kenapa kau bingung?”
Aku berusaha yang terbaik untuk memahami situasi saat ini.
“U-Uhm jadi pertama-tama … kau … Himuro Mai adalah penulis terkenal Enryuu Homura-sensei ‘kan?”
“Iya, benar.”
“Dan tahu kalau aku adalah Towano Chikai, kau bilang kalau kau adalah penggemar beratku?”
“Itu yang sejak tadi kukatakan.”
“Kenapa jadi begini?”
“Pertanyaanmu aneh tahu. Memangnya ada alasan kalau ini enggak mungkin? Lagian, kalau aku penulis terkenal kau juga sama, tahu?”
Sekarang dia mengatakannya, perasaan itu benar-benar belum tersampaikan.
“Karena berhubung dengan niat awalku, jadi aku akan memberi kemudahan untukmu dan menjelaskannya.”
“Niat …?”
Dengan ekspresi yang mengatakan “Cukup diam dan dengarkan aku”, dia melanjutkan.
“Aku akan mengatakannya dengan jelas, novel ringan adalah segalanya bagiku. Aku memberikan yang terbaik untuk menulis novel ringan yang sempurna.”
Dia menyatakannya dengan tawa sepenuh hati.
“Tapi suatu hari, aku bertemu dengan novelmu, Towano Chikai-sensei. Awalanya, aku tidak cukup tertarik untuk membaca novelmu setelah melihat judulnya … tapi setelah itu memenangkan posisi pertama, aku memaksakan diri untuk membacanya. Setelah kubaca, aku terkejut. Aku pun yakin, kalau ini adalah mahakarya.”
Aku hampir berteriak “Aku setuju!” tapi aku menghentikannya. Hampir saja … hampir saja aku mengatakannya. Seperti yang kuduga dari penulis profesional seperti Enryuu Homura-sensei.
“Itu benar-benar menghancurkan kebanggaanku sebagai seorang penulis novel ringan. Meskipun penjualan dan kualitasku tinggi, dikalahkan oleh pendatang baru sepertimu rasanya …, awalnya, aku berpikir untuk membunuhmu dan setelahnya aku bunuh diri karena iri padamu.”
“Itu menakutkan, tahu?”
(note for prof : gw ambil dr manga, soalnya rasanya lebih nyambung)
“Bagaimanapun juga, novelmu sangat menarik sampai aku tidak bisa menahan rasa iriku. Adik perempuannya sangat imut dan kakaknya terlalu keren. Tanpa disadari, ketika sampai di rumah aku membeli 15 eksemplar bukumu.”
“Buat apa kau membeli sebanyak itu?!”
“Tentu saja ada banyak alasannya. Sebagai penghargaan, untuk propaganda, untuk disimpan, untuk mandi, dan satu lagi untuk kare ….”
TL Correction:
Dia bilang emang kare, jadi enggak usah heran.
“Bukankah tidak ada gunanya?!”
“Lupakan saja, aku berencana meneliti luar dan dalam bukumu, untuk mencari tahu alasan buku itu sangat menarik. Keinginanku adalah membuat novel yang bisa mengimbangi milikmu.”
Dia mengatakannya dengan mata bersinarnya yang dipenuhi pesona misterius.
“Aku sudah berkali-kali membaca novelmu. Aku bisa saja mengutip setiap kata dan kalimat yang kau tulis sekarang juga. Aku bisa langsung menyadarinya kalau ada bagian yang dipotong. Aku tidak tahu rahasia di balik kelucuan novelmu. Aku merasa kalau aku perlu menyelidiki penulisnya.”
Mendengar kata-katanya barusan, saat itu aku merasa seperti tersambar petir. Menyelidiki … penulisnya?
“Ja-Jadi … Itu tujuanmu?”
“Benar. Karena itulah … mulai sekarang, aku akan menyelidiki aktivitas rutinmu, setiap hari. Dengan begitu, aku akan menyerap teknikmu dan menjadikannya milikku!”
Mengatakan itu, dia membusungkan dadanya dan berpose. Guncangan dari seragamnya sangat luar biasa, tapi aku tidak memiliki pilihan untuk memujinya. Ingin mengetahui letak kelucuannya bukanlah masalah, tapi aku sudah mencoba yang terbaik untuk menemukannya dan masih belum menemukan petunjuk sedikitpun, kau tahu?
“He-Hei, intinya apa yang akan kau lakukan?!”
Aku punya persepsi buruk tentang ini tapi aku berharap kalau ini hanyalah salah paham meskipun kemungkinannya sangatlah tipis.
“Hehe, bukankah sudah jelas? Untuk mengetahui segalanya tentangmu! Bagaimana keseharianmu, apa yang kau makan dan minum, baju seperti apa yang biasanya kau pakai untuk tidur, bagian mana yang kau basuh pertama saat mandi, dan sebagainya!”
Saat itu, aku benar-benar merinding.
“Eh? Tu-Tunggu dulu … bukankah itu sama seperti seorang penguntit?”
“Pe-Penguntit?! A-Apa yang kau bicarakan?! Bukan seperti itu!”
“Be-Benar ‘kan?! Mana mungkin begitu ‘kan?!”
“I-Iya! Aku hanya ingin tahu kau itu orang seperti apa, itu saja!”
“Bukankah itu yang biasanya dikatakan seorang penguntit?!”
I-Ini buruk … dia juga memiliki keinginan yang sama sepertiku … tapi caranya terlalu frontal! Aku akan melakukan apapun untuk meningkatkan kualitasku … tapi tidak sampai menjadi seorang penguntit juga!
“A-Apa? Aku akan melakukan apapun kalau ada kaitannya dengan novel ringan! Itu salahmu karena kau menyebutku begitu!”
“Kenapa jadi salahku?!”
“Selain menghancurkan kebanggaanku … kau juga mencuri hatiku … karena itu ….”
Dia berhenti sejenak, mencoba menyembunyikan wajahnya yang memerah, sebelum melanjutkan….
“Kau sebaiknya bertanggung jawab ….”
Dia berbisik selagi mengangkat wajahnya sedikit.
Itu tidak adil … aku mencoba menahan diri, menghadapi kelakuan imutnya barusan!
“De-Dengar, Himuro … apa maksudmu yang sebenarnya?”
“U-Uhm, untuk saat ini … aku mau tanda tangan, jabat tangan, foto, dan ….”
“Tahan dirimu sebentar! Itu sama saja dengan ketamakan penggemar!”
“Ta-Tapi aku memang penggemarmu tahu. Dan kita bisa melupakan tanggung jawab itu kalau kau mau mengatakan rahasiamu sekarang, kau tahu? Ayo katakanlah padaku….”
“Memangnya aku mau apa?!”
Aku juga ingin tahu itu! Karena itu, aku tidak bisa tidur nyenyak selama sebulan terakhir!
“Huuu … baiklah … padahal kupikir aku bisa tahu rahasiamu.”
“Bukan … bukan begitu maksudku … ah kampret, pemikiran kita beda tahu!”
… tunggu dulu, dia hanya bilang kalau dia akan menyelidikiku ‘kan? Aku hanyalah pengganti, jadi bagaimana dia bisa mengetahui rahasianya kalau hanya menyelidikiku dan bukan penulis aslinya, Suzuka?
“Dengar, Himuro, jangan marah padaku tapi tidak ada gunanya meskipun kau tahu rahasianya, oke?”
Aku mengatakannya dengan kebaikan yang tulus.
Pada akhirnya, itu benar-benar membuang waktunya.
“Hmpf, meskipun kau bilang begitu, kau hanya takut rahasiamu tersebar luas ‘kan? Aku minta maaf karena mengabaikan harapanmu tapi aku pasti akan memenuhi tujuanku.”
Tidak menyadari kebaikan yang kusebutkan, dia menjulurkan lidahnya keluar … ini buruk. Untuknya karena dia berusah menyelidiki orang yang salah, dan untukku karena aku tidak bisa meluruskannya.
“Kalau begitu, ayo mulai penyelidikannya.”
Sambil mengatakannya, sekali lagi dia memasukan tangannya kedalam tas dan mengeluarkan buku catatan. Di judul bukunya tertulis Catatan Penyelidikan Towano Chikai … aku merinding melihatnya.
“Jangan menjadikanku alasan untuk bolos!!”
“Saat berbohong, Towano Chikai biasa mengubah cara bicaranya.”
Tl Correction:
Biasanya dia bicara dengan bahasa formal/baku, dan saat dia menyangkal sesuatu dia menggunakan bahasa informal.
“Kau membuat catatan di depan orang yang kau selidiki?!”
“Ya, hanya karena kau tidak mau memberikanku informasi baru. Aku ingin kau menjawab beberapa pertanyaanku, oke?”
“Haah … apa ini ….”
Aku benar-benar berpikir untuk melarikan diri, tapi ….
“Kalau kau berniat melarikan diri, aku akan menyebarkannya ke seluruh penjuru sekolah kalau kau adalah Towano Chikai, oke?”
Dia mengatakannya dengan nada yang menakutkan.
“Bukannya itu mengancam?! Tidak adil!”
“Aku sudah bilang kalau kau tidak memiliki pilihan lain ‘kan? Sebenarnya aku tidak ingin memakai cara terakhir ini. Karena itu akan mengurangi waktu berdua denganmu untuk penyelidikan kalau penggemarmu di sekolah ini meningkat, mengerti?”
“Kedua alasan itu terlalu memihakmu!”
“Aku hanya memikirkan kedepannya.”
Dia benar-benar egois. Meskipun dia sangat imut, ide dan buku Catatan Penyelidikan Towano Chikai yang ada ditangannya menghancurkan itu.
“Kalau begitu Towano Chikai-sensei, mulai sekarang mohon bantuannya!”
“Dengarkan aku!”
- Home
- All Mangas
- Ore ga Suki Nano wa Imouto Dakedo Imouto Janai
- Chapter 02 - Adikku Mencapai Puncak Tertinggi (Part 2)