- Home
- All Mangas
- Rokudenashi Majutsu Koushi to Akashic Record
- Chapter 01 - Rahasia Undangan Kabedon (Part 1)
“Ru~mi~a!”
“!”
Rumia terkejut karena ada seseorang berteriak memanggil namanya.
“Ada apa? Apa kau capek?”
Dengan menolehkan kepalanya, Rumia melihat gadis berambut putih dengan senyuman lembut. Itu adalah sahabatnya, Sistine, dengan rambut seputih perak.
“Enggak, enggak kok … cuman pikiranku aja yang mumet.”
Rumia membalas dengan senyuman rumit sembari merapihkan rambut pirangnya.
Saat ini, mereka berada di aula Akademi Sihir Kerjaan Alzano, yang ada di bagian barat daya akademi.
Dalam tiga hari, aula akan digunakan sebagai acara “Pesta Dansa Akademi.” Maka, anggota OSIS, anggota Komite Pesta, dan relawan siswa semuanya sedang sibuk mempersiapkan acara perta. Mereka membersihkan aula, menyusun furnitur, memasang dekorasi, dan mengatur persediaan untuk acara nanti.
“Maaf ya … aku merasa bersalah memaksamu ke sini ….”
Sistine merendahkan kepalanya dan meminta maaf.
Mengingat dekatnya hubungan antara dia dan ketua OSIS Liz, Sistine akan semakin sering membantu OSIS di tugas yang lain. Di acara ini, Sistine diminta sebagai perwakilan dan pengawas untuk relawan siswa, bertugas sebagai penghubung vital antara relawan, OSIS, dan Komite Pesta.
Rumia, yang melihat betapa gigih sahabatnya bekerja, memutuskan untuk meringankan pekerjaan Sistine yang banyak dengan mendaftar sebagai relawan.
“Apalagi saat Rumia dan Riel tidak ada tugas membantu OSIS ….”
“Santai saja Sisti. Aku enggak keberatan kok. Lagian, asik juga ‘kan kalau kita korve?”
TL note:
Korve dalam militer juga bisa dibilang kerja bhakti atau kerja sama.
Rumia menegaskan, berharap bisa meringankan perasaan bersalah sahabatnya.
Jelas, Rumia serius ingin membantu sahabatnya saat dia kesusahan. Meski tubuhnya sudah kelelahan dengan terus menggunakan fisiknya, tapi hatinya senang.
“Oh iya, aku juga ingin bilang terima kasih sudah membiarkanku bergabung untuk persiapan.”
Dengan begitu, Rumia berbalik lanjut membersihkan tempat lilin.
“Gi-Gila malaikat ….”
Sistine bergumam saat dia tersentuh kebaikan Rumia.
“Maaf mengganggu, Rumia-san … boleh aku minta waktumu sebentar?”
Saat itu, seorang murid laki-laki datang menghampiri Rumia. Dari tampangnya, jelas dia orang yang terkenal dikalangan para gadis akademi.
“… iya?”
“Haa … yang benar saja ….”
Menghentikan tangannya yang sedang membersihkan tempat lilin, Rumia memiringkan kepalanya saat dia menoleh ke laki-laki itu. Di dekatnya, Sistine hanya bisa menghela nafas panjang.
“Rumia-san, apa kau sudah ada orang yang akan berpasangan denganmu di pesta dansa nanti?”
Tanya si laki-laki itu dengan senyuman manis.
“Ah … enggak ada … aku belum kepikiran ke situ ….”
“Benarkah? Sayang sekali orang secantik dirimu tidak datang ke pesta ….”
Lanjut laki-laki itu,
“Kalau begitu, maukah kau berpasangan denganku – ….”
“Ah, maaf. Terima kasih ya ajakannya, tapi aku dengan berat hati menolaknya.”
Rumia menundukan kepalanya dan menggenggam tangannya sambil meminta maaf.
“….”
Senyuman si laki-laki itu berubah menjadi sangat kaku. Bahkan dia tidak bisa membayangkan dirinya ditolak.
“Uwaa! Si-Sialan! Rumia-chan enggak mungkin!”
Akhirnya, si laki-laki berlari kocar-kacir sambil menangis kencang.
“Yang benar saja, ampun dah, laki-laki caper dimana-mana ….”
Sistine menghela nafas saat melihat kejadian di depan matanya,
“ ‘Pesta Dansa Akademi’ bukan acara yang sembarangan … itu adalah sebuah acara untuk interaksi sosial, dimana orang akan menunjukan sifat sopan santun mereka … !&*@ !*@& ….”
“Pesta Dansa Academi” adalah acara tradisional yang diadakan setiap tahun di Akademi Sihir Kerajaan Alzano. Acara ini dirancang untuk mengembangkan rasa persahabatan di antara para murid dan untuk menjalin komunikasi dengan tamu, di antara mereka termasuk alumni terkenal di akademi, murid dari akademi sihir tetangga seperti Akademi Sihir Kleitos, para pejabat tinggi, konglongmerat yang ada di pemerintahan kerajaan. Dari waktu ke waktu, bahkan Ratu sendiri akan menyambut pesta dengan kehadirannya, membawa suasana langka ke acara.
“Nanti akan ada lomba dansa saat ‘Lomba Dansa Akademi’, ini cuman – ….”
“Maksudmu lomba dansa dimana pasangan akan bersaing menunjukan performa dan kemampuan mereka?”
Sistine membalas dengan anggukan yang entah mengapa sedikit gusar dengan pertanyaan Rumia.
“Ya. Pemenang wanita mendapatkan izin untuk memakai ‘Gaun Peri’ … ada cerita dibalik gaun itu ….”
“Legenda dimana hubungan antara pasangan itu akan diberkati dengan kebahagian yang abadi, begitukan?”
Rumia mengulangi perkataan ibunya yang dulu dia katakan.
“Ya, dan karena legenda jelek itu, semua laki-laki kampret mendekati Rumia seperti serangga! Agrh! Apa-apaan itu, semuanya kayak gitu!”
Sistine mengelilingi aula dengan kesal. Pandangannya tidak lama tertuju pada laki-laki yang mondar-mandir, sukarelawan juga pengurus menatap Rumia dari kejauhan, dengan niat untuk mengajak Rumia berpasangan di pesta dansa.
Di bawah tatapan tajam Sistine, para pria langsung kocar-kacir sambil menghindari kontak mata.
“Yang benar saja!”
Sampai detik ini, tidak ada yang mengajak Sistine ke pesta dansa, kenyataan pahit dari julukannya “Peri Mithril.”
Author Note: Mithril adalah baju zirah yang sangat indah, tapi dibalik semua itu sangat susah dibuat dan sulit dipakai.
TLC:
Mithril itu sejenis baju zirah, berbentuk seperti rantai kecil yang membentuk seperti baju. Gw kurang begitu paham sama ginian, jadi kalau penasaran googling aja atau komen oke?
“Tetap saja, Rumia jauh lebih populer ….”
Sistine bergumam sambil menatap Rumia dengan tatapan iri.
“Ya-Yang benar …?”
“Jadi … Rumia, apa kau sudah ada pasangan untuk pesta dansa?”
“!”
Pertanyaan tiba-tiba Sistine membuar Rumia menghentikan tangannya.
“Loh, bukannya kau tahun kemarin ikut kompetisi juga? Kuharap kau, sebagai mantan bangsawan, punya tehnik dansa yang luar biasa … jadi agak kesel juga sih kau tidak ikut bergabung.”
“Oh … iya juga.”
“Lagian, gaun malam hanya boleh dipakai oleh pemenang pasangan wanita, ‘Gaun Peri’ … bukannya kau pernah bilang ingin memakainya? Kenapa kau tidak ajak seseorang sebagai pasanganmu?”
Rumia terdiam dengan ucapan Sistine, terlihat berpikir keras.
“I-Iya, aku memang ingin sekali memakai gaun itu … tapi, kau tahu, legenda bilang ….”
Rumia memberi respon ragu-ragu seperti biasa.
“Legenda bilang dimana pasangan akan diberkati dengan kebahagian yang abadi, begitukan? Aku kaget kau sampai seserius itu … kalau dipikir-pikir, kau orangnya romantis juga ya~”
Sistine tertawa kecil mendengar balasan Rumia,
“Ayolah, Rumia, legenda itu hanya rumor saja! Dari sudut pandang teori sihir, efek seperti itu tidak ada.”
Dengan begitu, Sistine mulai memberikan penjelasannya.
“Dengan syarat kalau pasangan terbentuk dari rekan yang mau, kita bisa menyimpulkan kalau, reaksi antara mereka akan serasi. Saat kau termasuk pasangan yang berdansa dalam waktu lama maka harus berlatih untuk hasil yang bagus di lomba nanti. singkatnya, tidak heran kalau nanti pasti ada pasangan yang akan lebih hebat sampai final!”
“Mungkin Sisti benar … tapi mungkin aku tidak akan ikut lomba tahun ini. Aku paling dansanya sebentar saja, hanya untuk senang-senang dan menikmati acara dari jauh.”
Sekarang, Sistine lah yang gantian berpikir.
“Ya, ka-kalau gitu ….”
Sistine langsung bergumam saat jari-jarinya memainkan rambut platinumnya sembari menatap penuh harapan dari jauh,
“Kenapa kau tidak … me-mengajak Glenn-sensei?”
“… eh?”
Rumia mengedipkan bulu matanya yang panjang dan menatap kosong Sistine saat dia memberi saran.
“Ya-Ya, bu-bukannya kau selalu bilang dari dulu kalau kau suka dengan Sensei? Selama dengan guru kita, a-aku pikir kau tidak usah terlalu pusing dengan legenda itu! Dengan ini, ka-kau punya kesempatan memakai ‘Ga-Gaun Peri.’ Tenang saja, ka-kami tidak akan membiarkan laki-laki kampret itu mengincarmu!”
Rumia menatap sahabatnya dengan senyuman rumit, jelas melihat ke dalam hati terkecil Sistine.
“Kau ini … masih saja tidak jujur dengan hatimu sendiri ….”
Rumia tahu kalau Sistine punya perasaan terhadap Glenn. Dengan kata lain, Sistine sendiri sebenarnya sangat ingin berpasangan dengan Glenn, tapi dia tidak bisa mengakui perasaannya. Untuk legenda gaun itu, meski Sistine jelas mengatakan keraguannya, dia tetap tidak bisa menyembunyikan perasaan romantisnya.
Namun, dari kecil Sistine bercita-cita untuk menjadi seorang “Penyihir hebat seperti ayah dan kakeknya”, namun dia tidak bisa jujur memilih rekan seperti Glenn yang sangat berlawanan dengan kata “Penyihir Hebat”. Ya seperti itu, Sistine setuju untuk membantu Rumia dan Glenn bisa bersama, dengan begitu bisa menghilangkan unek-unek di kepalanya.
“Baginya, bisa menjadi serumit ini … tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa selain khawatir untuk masa depannya ….”
“Yah, tetap saja ….”
Rumia membiarkan imajinasinya bermain. Dia menghayal dimana dia dan Glenn berpelukan di pesta dansa, lalu menang dan memakai gaun malam yang indah.
“Ah~ Itu pasti … luar biasa ….”
Dia memikirkan sangat dalam tentang dia berdansa dengan Glenn, membuat wajah Rumia sedikit memerah dan hatinya berdebar riang. Itu adalah gambaran masa depan yang diisi dengan kebahagian, dan Rumia akhirnya sadar kalau masa depan membutuhkan banyak dedikasi.
“Ti-Tidak boleh … aku tidak boleh berharap sesuatu yang tidak nyata ….”
Namun, Rumia sudah berjanji pada dirinya sendiri. Tidak lama setelah dia diasingkan dari istana kerajaan dan diasuh oleh keluarga Fibel, dimana dia diberikan kehangatan kekeluargaan. Setelah itu, Rumia bersumpah kalau suatu hari, dia dan Sistine akan berbagi cita-cita yang sama, dan tidak akan ragu untuk memberikan semua kebahagiannya kepada Sistine untuk membalas budi kebaikan keluarga Fibel.
“Kalau memang itu kesempatanku, aku masih takut tampil dilihat banyak orang ….”
Rumia berkata saat dia menampilkan senyum nakal,
“Mungkin akan kalau Sisti dan Sensei yang berdansa … bagaimana?”
“A-Apa … a-aku?!”
Sistine benar-benar bingung, suaranya seketika melengking saat terkejut.
“Ke-Kenapa aku ha-harus berpasangan dengan si-si kampret itu, lagian dia juga enggak suka sihir tuh?!”
“Eh, bukannya kau ingin memakai ‘Gaun Putri’ ? “
“Ah, i-iya tentu saja! Lagian, keanggunan gaun malam itu simbol kecemburuan bagi semua murid perempuan!”
“Nah kalau begitu, kenapa kau tidak ajak saja Sensei untuk menjadi pasanganmu? Lagian, kau juga tidak percaya sama legenda konyol itu ‘kan?”
“Be-Benar juga sih … tapi kenapa harus sama si kampret itu?”
“Yah, bukannya kalian bisa saling memahami? Kalau aku inggat, waktu kita menjelajahi reruntuhan ….”
“I-Itu … karena dia gampang dikibulin.”
“Ah, Aku ingat kalau tidak salah, kau lumayan jago dansa ‘kan? Aku yakin kau pasti akan tampil luar biasa kalau berpasangan dengan Sensei.”
“Enggak mungkin! Yang jelas, dia itu orangnya mageran, aku yakin dia enggak bakal sudi menerima undanganku.”
“Kalau begitu, kenapa kau tidak membuatkannya bento? Aku yakin kau bisa menaklukkannya dengan makanan.”
“Ya-Ya … mungkin bisa ….”
Mendengar usul Rumia, Sistine juga sadar memancing Glenn juga tidak susah-susah amat, dia juga sering terlibat hutang dan terpaksa diet.
“Ne-ne … Rumia, apa menurutmu tidak masalah kalau aku berdansa dengan Sensei ….?”
“Ahahahaha~ tenang saja! Kau hanya perlu melakukannya dan menikmati pesta setelah kau mempersiapkan semuanya. Lagian, kebahagianmu juga kebahagiaanku.”
“Uuuu ….”
Dengan dukungan Rumia, angan-angan “Berdansa dengan Glenn.” Perlahan tumbuh di pikiran Sistine.
“I-Iya juga … selama kita masih menjadi murid, kita harus berusaha memakai “Gaun Peri’ setidaknya sekali seumur hidup … juga, aku ragu kalau aku bisa mencari pasangan lain selain Sensei ….”
“Mantaplah!”
Sistine mengepal tangannya dengan sungguh-sungguh.
“Oke! Ayo kita coba undang si kampret itu!”
“Hehehehe … semangat Sisti!”
Rumia menggoda semangat baru Sistine, seolah dia punya sayap yang baru tumbuh.
“Oh iya, undanganku tidak ada perasaan apa-apa! Dengar ya, aku sekali lagi tidak percaya sama legenda konyol itu, dan aku hanya berpartisipasi demi gaun malam! Aku memilih Sensei karena enggak ada pasangan yang cocok, itu saja!”
Sistine mengulangi perkataannya dengan wajah merah karena malu.
“Hei, kalian! Sepertinya semua orang bekerja keras juga ya!”
Saat itu, Glenn tiba-tiba muncul di depan mereka berdua.
“Ngomong-ngomong ….”
“Glenn-sensei?!”
Rumia dan Sistine sedikit terkejut, saat Glenn tiba-tiba muncul. Namun Rumia dengan cepat sadar dan kembali menyemangati Sistine.
“Sisti, sekarang bilang!”
“O-Oke!”
Sistine mengambil nafas panjang sebelum berlari ke depan Glenn.
“Se-Senei! A-Anu … me-meski aku tidak keberatan siapa pasanganku … ta-tapi sejak tidak ada pasangan yang bagus, la-lagian itu juga enggak penting amat, mau enggak se-sensei … eh?”
Namun, Glenn melangkahi Sistine dan berjalan lurus mengarah Rumia.
“Umm .. se-sensei? A-Apa kau mencariku …?”
Tanpa sadar Rumia dipaksa berjalan mundur oleh aura tekanan dari Glenn.
SATU LANGKAH ….
DUA ….
TIGA ….
“Ah ….”
Saat punggung Rumia sudah tersentuh tembok ….
BAM!
Glenn meletakan telapak tangannya ke dinding dan di samping dekat wajah Rumia.
Pada jarak ini mereka berdua bisa merasakan nafas masing-masing, Glenn terus menatap Rumia yang kebingungan sebelum menunjukan senyum PD.
“Hei, Rumia. Untuk lomba pesta dansa … maukah kau berpasangan denganku?”
“Hah?!”
Sistine dan Rumia kaget bukan kepalang dengan permintaan yang tidak biasa dan memaksa. Saat ini, para murid di sekitarnya mulai menggosip.
“Aku tahu sudah ada banyak orang yang mencoba mengajakmu ke pesta dansa … namun, aku tidak akan membiarkan mereka mengambilmu, jadi biarkan aku menjadi pasanganmu!”
“Ahh … se-sensei …?”
Ajakan yang tiba-tiba bahkan membuat Rumia yang biasanya tenang menjadi linglung.
Dengan punggung Rumia menghadap tembok dan sebelahnya terhalang tangan kanan Glenn, Rumia tidak akan bisa kabur. Dibanjiri rasa gugup, Rumia dengan erat memegang tangannya di dadanya. Keringat terus mengucur sambil jantungnya berdebar tidak karuan. Bahkan wajahnya memerah seperti api.
“Oh iya, aku tidak peduli kau mau atau tidak. Kalau kau menolak, kau tidak akan kubuat naik kelas.”
Rumia tidak tahu bagaimana cara melawan ultimatum Glenn, yang mana lebih terdengar seperti candaan daripada tatapan tajam Glenn.
“Si-Sisti ….”
Rumia menatap Sistine untuk membantunya.
“E-Eh bukannya bagus? Bukannya Rumia ingin berdansa dengan Sensei? Ju-Jujur saja pada dirimu sendiri! Ah … kalau aku? Ya-Yah, aku da-dari awal emang enggak minat! Ahahaha ….”
Sistine sudah kehilangan ketenangannya.
“Pasti, aku akan membimbingmu dan membuatmu memakai gaun malam … ‘Gaun Peri’ … jadi setuju saja!”
“Ah … ta-tapi ….”
Saat Rumia berusaha kabur ke kiri, Glenn menutupnya dengan tangan yang lain.
“Kuulangi … kau tidak bisa kabur.”
Glenn semakin mendekatkan wajahnya, menatap tajam mata Rumia, sampai membuat jiwa terdalam Rumia terhisap ke dalam tatapan Glenn.
Di antara dirinya dan pikirannya, dia bersumpah kepada sahabatnya, mimpinya saat masih bocah untuk memakai gaun, dan legenda yang ada di gaun itu, wajah Rumia memerah dan jantungnya terus berdetak seperti hampir meledak. Dengan undagan tiba-tiba Glenn, pikiran Rumia benar-benar kacau, dan dia pasrah mengangguk.
Saat ini, si Cantik yang terkenal tidak bisa ditaklukkan seantero akademi, Rumia Tingel, berhasil ditaklukkan.
“Ah ….”
Rumia tiba-tiba menyadari tindakannya tanpa disadari.
“Uwaa! Yang benar?!”
“Ja-Jadi Rumia-chan sudah ditaklukkan?!”
Di saat yang sama, teriakan pecah di seluruh siswa laki-laki, memukul tembok sambil menangis.
“Mantap, Rumia … tapi, jujur saja, enggak penting kau mau atau tidak! Karena sudah aku kumpulkan formulirnnya dengan nama kita berdua! Jadi terima saja takdirmu! Muahahaha!”
Glenn melepas tangannya dan tertawa jahat sekencang-kencangnya.
“Ummm … sisti … maaf, aku – ….”
Rumia meminta maaf ke Sistine sambil mencoba menenangkan jantungnya yang berdebar.
“A-Ah, santai saja! Bu-Bukannya aku yang ngasih saran kau berdansa dengan Sensei? La-Lagian jangan lupa bagaimana sombongnya Sensei memaksamu me-menjadi pasangannya. Rumia enggak salah kok!”
Sistine benar-benar terkejut dengan apa yang terjadi di depan matanya.
“Ta-Tapi Sensei! Ke-Kenapa Rumia?! Kenapa kau sangat memaksa dan sangat ingin berpasangan dengan Rumia? A-Apa kau percaya dengan legenda itu dan berharap kau bisa nganu sama Rumia …?”
“….”
Pertanyaan Sistine yang gelisah membuat Glenn serius sesaat.
“Hmph. Bukannya udah jelas? Duit, ini demi duit! Aku mengincar hadiahnya! Bukannya yang menang hadiahnya dapet duit?”
“Ya~ dompetku benar-benar kering bulan ini, dan dari sekian banyak murid, hanya Rumia yang mau menolongku.”
“Be-Benerkan … da-dasar sampah …!”
Tatapan Sistine dipenuhi amarah saat melihat Glenn. Namun, di waktu yang bersamaan, suaranya kembali terdengar tenang, yang mana dia atau Glenn sadar akan itu.
“A-Ada apa, Shiro Neko? Apa kau ada masalah? Bukannya itu cuman pesta dansa, jadi mau siapa saja aku berpasangan itu urusanku. Lagian, memang ada yang melarangku untuk bergabung ke lomba dansa.”
“I-Itu mungkin masalahnya, tapi kau harus tahu batas malu Sensei! Kelakukanmu ke murid perempuan benar-benar jelek!”
Sistine berceramah.
“Hahaha~ Shiro Neko … kau tahu, enggak bagus suka cemburu sama temanmu yang lebih populer, terutama yang suka diundang jadi pasangan. Coba jangan terlalu tsundere, oke?”
Setelah itu, Glenn mengatakan sesuatu yang seharusnya dia tidak katakan.
“Kau ini … akan aku carikan laki-laki dari Akademi Sihir Kleitos untuk ‘berdansa dengan Shiro neko yang malang’ … aku yakin Roldo atau Kai mungkin mau … -“
KRAK!
Semua orang pasti tahu apa yang akan terjadi selanjutnya …
“Kau … BODOH …!”
“Gyaa~ Ke-Kenapa?!”
Saat semburan angin kencang keluar dari tangan kiri Sistine, Glenn terbang ke atas sebelum jatuh ke tanah dengan suara keras. Seperti biasa, Glenn diturunkan oleh mantra Sistine.
“Yang benar saja … aku lagi-lagi membuat keributan ….”
Glenn bergumam pada pikirinnya sendiri.
“Meski aku merasa bersalah ke Rumia dan Shiro Neko, undangan ini tidak bisa ditolak ….”
Agaknya, Glenn punya alasan tersendiri untuk undangannya yang sombong. Terutama, semua demi keselamatan Rumia.
“Pasti … aku akan melindungi Rumia … dan akademi ini … aku pasti tidak akan membiarkan wanita brengsek itu menculiknya …!”
Saat Glenn perlahan pulih dari serangan Sistine, dia mengingat kejadian yang sudah terjadi.
- Home
- All Mangas
- Rokudenashi Majutsu Koushi to Akashic Record
- Chapter 01 - Rahasia Undangan Kabedon (Part 1)