Di bawah matahari terbenam, bukit-bukit yang berjajar diwarnai oleh warna merah cerah. Glenn dan yang lain sedang berada di delman mereka, perlahan kembali pulang ke Fejite.
“… yang benar saja, bahaya juga tadi ya.”
“Mm. Sebentar saja kita di sana, aku tidak yakin nasib kita kayak gimana nanti.”
Duduk di pinggir jendela delman, Rumia dan Sistine bercerita tentang petualangan mereka.
“Syukurlah semua bisa pulang dengan selamat ….”
“… penjelajahan situs dikenal sangat berbahaya, tapi biasanya tidak seperti yang kita alami. Lain kali, kuharap kita bisa memilih situs yang lebih aman untuk dijelajahi ….”
Rumia perlahan mengelus kepala Riel, yang sedang tidur di pangkuannya, saat Sistine bernafas panjang. Di sekitar mereka ada Kash, Gibul, Cecil, Wendy, dan Terasa sedang duduk juga, mereka semua terlihat kelelahan, dan tidur di tempat duduk masing-masing. Lima murid yang percaya mereka akan kembali, dan menunggu di kemah seharian. Rumia bahagia bisa bertemu mereka kembali.
“Mm … yang paling penting ….”
Sistine menepuk pipinya dengan marah.
Dia sedang mengintip ke kursi kemudi, yang mana, membuar Rumia tersenyum masam.
“Sekarang apa? Sistine, jangan bilang kau … cemburu?”
“HAH – ?!”
Sistine terkejut dengan tuduhan Rumia, dan bersusah payah untuk menyembunyikan rasa malunya.
“Si-Siapa juga yang cemburu?! A-Aku cuman ….”
“Mm … aku tahu kok perasaanmu, tapi kupikir akan lebih baik kalau sekarang kita biarkan mereka sendiri … oke?”
“Ka-Kau itu salah paham tahu! Ya ampun! Aku capek! Aku mau tidur sekarang!”
Sistine dengan marah memukul bagian belakang kursinya dan menutup matanya. Suara yang keras sepertinya membuat Riel terbangun.
“…?”
Riel melihat sekitar dengan mata sayu, dan kemudian kembali terlelap di pangkuan Rumia.
“Mm ….”
“Hehehehe ….”
Rumia tertawa kecil saat melihat tingkah sahabatnya.
◇ ◇ ◇
Di kursi kemudi, di batas malam yang mulai bangun dan matahari yang terbenam.
Glenn dan Celica duduk bersampingan selama delman bergerak di jalan dikelilingi oleh ladang rumput berwarna emas.
“….”
“….”
Glenn memegang kendali, sementara Celica duduk dengan tangan terletak di kakinya, dan kepalanya bersandar di bahu Glenn. Mereka berdua diam duduk di delman yang berjalan halus, dengan angin sore yang bertiup kencang di muka mereka.
Suasana itu sangat menyenangkan. Mereka duduk tenang, tidak perlu berbicara untuk membicarakan isi perasaan mereka. Meski tanpa sihir Celica, waktu terasa membatu bagi mereka berdua.
“… hei, Glenn.”
Celica berkata seperti orang sedang bermimpi.
“Apa?”
“… enggak jadi.”
“… serius?”
Glenn bernafas pasrah, sementara Celica tertawa kecil.
“Tetap saja, kau lumayan juga di sana.”
“Enggak, aku hanya memaksakan diriku saja ….”
Celica perlahan membalas.
“Umm … itu … apa kau tidak bisa menggunakan sihir lagi?”
Glenn ragu-ragu bertanya.
Glenn sudah mempelajari detail apa yang terjadi setelah semua berakhir. Menampilkan sebuah mantra sihir hebat tanpa memikirkan luka melumpuhkan sebagian tubuhnya, Celica sepertinya sudah memaksa tubuhnya melebihi batas penyembuhan, sepertinya dia tidak akan bisa menggunakan sihir lagi.
Glenn bertanya dengan penuh keberanian untuk jawaban terburuk, tapi ….”
“Hmmm … mungkin enggak separah itu … aku juga terkejut saat tahu diriku begitu.”
Celica menjawab dengan mata tertutup, dan membalasnya setelah tahu akan kondisi badannya sendiri,
“Meski aku mungkin akan menjalani pengobatan untuk waktu yang lama, aku seharusnya masih bisa menggunakan sihir ….”
“… benarkah? Kau tidak membodohiku ‘kan?”
“Iya, ini mukjizat. Lebih dari keberuntunganku, itu semua berkat seseorang yang cerewet.”
Jawaban samar membuat Glenn memiringkan kepalanya kebingungan.
“Pengobatan bagaimanapun juga, aku ragu bisa menggunakan sihir seperti dulu. Kalau nanti, di masa depan, aku akan berurusan dengan banyak syarat dan batas saat aku memakai sihir.”
“Begitu ya ….”
Glenn perlahan merendahkan bahunya.
Meski mereka bisa mencegah kemungkinan terburuk, namun Glenn juga merasa terpukul tentang luka Celica.
“Apa kau merasa bersalah dengan apa yang terjadi?”
“Iya … kalau aku tidak mengizinkanmu ikut ekspedisi kami, tidak mungkin akan terjadi seperti ini – ….”
“Dasar bodoh. Semua yang terjadi padaku ini semua salahku.”
PLUK
Celica memukul Glenn dengan kepala yang bersandar di bahunya.
“Lalu, kalau aku terus menantang Labirin Bawah Tanah, aku yakin akan bertemu wraith cepat atau lambat. Kalau sudah waktunya, aku yang akan maju sendiri melawannya. Dengan cara tertentu, kau sudah menyelamatkan nyawaku.”
“….”
Glenn terdiam sejenak, dan menatap Celica.
“Hei … apa kau benar-benar berencana untuk melanjutkan mencari misimu yang kau lupa? Menantang Labirin Bawah Tanah dan mencari rahasia tentang keabadianmu?”
Di dalam pikiran Glenn, dia mengingat percakapan terakhirnya dengan Nameless sebelum bereka berangkat dari Labirin Bawah Tanah.
◇ ◇ ◇
Setelah mereka dengan gagah berani mengalahkan wraith, Glenn dan yang lain sekali lagi mengikuti Nameless. Sebentar lagi, mereka diajak ke ruangan yang besar dengan batu tablet yang tidak asing terletak di tengah-tengah ruangan. Menurut Nameless, panel kontrol berserakan di seluruh Labirin Bawah Tanah.
Dengan bantuan Rumia, Glenn mengikuti arahan Nameless dan mengoperasikan panel kendali, sekali lagi menciptakan sebuah gerbang di udara – yang mengarah ke ruangan Planetarium Observatorium Taum.
“Ah … akhirnya kita pulang.”
Sistine, Rumia dan Riel melewati pintu dengan lega. Glenn, dengan Celica yang tertidur di punggungnya, adalah orang yang terakhir melewati pintu.
“… ada sesuatu yang ingin kubicarakan, Glenn.”
Nameless membisikan ke Glenn tepat sebelum dia masuk ke dalam gerbang.”
“Ada apa? Cepat kalau tidak nanti gerbangnya akan tertutup.”
“Jangan khawatir, kita masih ada waktu. Dengarkan aku, ini penting.”
Glenn pasrah dan menghentikan langkah kakinya lalu mendengarkan Nameless.
“Glenn, nanti kau, akan membutuhkan Celica untuk pergi ke Observatorium Taum sekali lagi.”
“Hah? Yang benar saja? Siapa yang mau kembali ke tempat jelek itu? Aku tidak mau pergi meski aku akan di seret nanti ….”
Nameless mengabaikan amarah Glenn, dan melanjutkan.
“Juga, kau akan bertemu dengan keputusan penting … pilihan antara hal-hal yang tidak tergantikan bagimu.”
“… apa kau seorang peramal?”
Glenn mengeluarkan nafas panjang.
“Nameless, aku sangat berterima kasih dengan bantuan yang kau berikan dalam pelarian kami, selain dirimu yang masih misterius. Juga, dirimu yang mirip Rumia, kau sombong, membuat siapapun sulit menyukaimu. Kau juga tidak suka banyak bicara, dan semua hal yang kau bicarakan tidak ada yang enak didengar … selain dari semua keburukanmu, aku sangat berterima kasih ….”
Glenn melanjutkan,
“Ini saranku, jujur saja mungkin akan lebih baik diam dari pada berkata yang tidak jelas ….”
Sekali lagi Nameless hanya menerima penghinaan Glenn, dan hanya memberinya peringatan keras.
“Kalau kau tidak ingin aku bicara untuk selanjutnya, jangan biarkan dia ingat.”
“Ah? Apa? Siapa ‘Dia’ apa yang kau bicarakan? Apa si Celica? Atau ….”
Sebelum Glenn sadar, Nameless menghilang.
◇ ◇ ◇
“Sejujurnya, kuharap kau tidak akan melakukan sesuatu yang berbahaya seperti itu.”
Minta Glenn, saat dia mencoba menghilangkan ingatan percakapannya antara dia dan Nameless.
Selain dari apa yang terjadi, dan juga kehilangan ingatannya, Celica mungkin akan terus mencari identitas dan misinya. Meski Glenn tidak ada niat mempercayai bualan Nameless, namun entah mengapa dia juga merasa gelisah.
Namun, jawaban Celica menghapus seluruh rasa khawatir Glenn ….
“… enggak kok.”
Celica dengan jelas menjawab,
“Aku sudah menyerah mencari masa laluku. Juga, dengan kondisi tubuhku sekarang, semua itu hanya mimpi saja.”
“Celica …?”
“Lagian, aku sudah tidak perlu mencari tahu. Dengan keluarga yang menyemangati dan mendukungku, apa aku masih tidak puas?”
Celica tersenyum gembira.
“Ah, ya, benar juga ….”
“Juga, aku tidak bisa membiarkan keluargaku yang tercinta khawatir~”
“Cih … ujung-ujungnya kayak gini … yang benar saja ….”
Glenn memalingkan wajah dengan malu, dan telinganya yang sedikit berwarna merah.
“Ah, ingat ya, kalau kau ingin menikahi seseorang nanti dan meninggalkan rumah, ibumu akan kesepian. Meski hanya mampir atau main, kau harus sering-sering datang ke rumah ya, ibumu mungkin akan jalan-jalan lagi ke Labirin Bawah Tanah untuk mencari jati dirinya~”
“Hei yang benar saja lah kalau bicara!”
Celica menggoda Glenn seperti biasa, dan tersenyum lebar ….
“Hei, Glenn ….”
“… apa?”
“Terima kasih ….”
“Apa maksudmu …?”
Setelah itu, mereka tidak bicara lagi. Dengan angin yang bertiup pelan, mereka berdua hanya bersender satu sama lain sembari matahari perlahan menghilang di balik bukit.
Dengan bayangan kastil terlihat dari kejauhan, tim berjalan pulang ke Fejite, dengan keheningan yang dipenuhi kebahagian.