- Home
- All Mangas
- Rokudenashi Majutsu Koushi to Akashic Record
- Chapter 06 - Nameless (Part 3)
“… sebelum aku jelaskan tentang keabadian dan kelemahan wraith,”
Sistine berhenti membalik halaman, dan merubah topik,
“Sensei, kau tau tentang Rolan Etruria?”
Glenn mengerutkan alisnya pada topik yang terlihat sia-sia,
“Hah? Tahulah aku siapa dia, tapi sekarang bukan waktunya untuk … -“
“Ini penting, jadi dengarkan! Rolan Etrutia, orang yang terkenal dibidang arkelogis, dijuluki sebagai bapak arkeologi. Dia memfokuskan penelitiannya di Kastil Langit Melgalius, dan memutuskan untuk meneliti lebih dalam. Diantara karyanya adalah ‘Kastil Langit Melgalius’, dan ‘Penyihir Melgalius’ ….”
“Iya, buat otaku kastil langit sepertimu, yang pertamanya disebut kitab suci, habis itu populer di anak-anak dengan dongeng perinya. Dia bekerja sebagai arkeolog dan penulis cerita anak-anak ….”
Tidak dapat membaca niat Sistine, Glenn hanya bisa terus berbicara.
“Dongeng peri karangan Rolan adalah hasil yang dia dapat dari mengumpulkan legenda lokal dan mitos, juga cerita rakyat dan lagu, dan dia gabungkan dengan tambahan penelitiannya. Lalu, karyanya yang terkenal, ‘Penyihir Melgalius’ adalah yang terbaik, sangat terkenal sampai orang bilang itu adalah koleksi terhebat dari legenda kuno. Dengan kata lain, sebelum dongeng peri, bagian referensi yang paling detail adalah era kuno.”
“… terus?”
“Ya gitu deh, tidak lama setelah Rolan Etruria selesai dan mempublikasikan ‘Penyihir Melgalius’, dia pergi ke Kerajaan Rezalia untuk ekspedisi, dia ditangkap dan dihukum dibakar hidup-hidup oleh Gereja Suci Kerajaan Elizareth.”
“!”
“Kejahatannya adalah ‘Penyebaran buku sesat dan korupsi uang penduduk’. Gereja memaksa mengumpulkan dan menghancurkan semua salinan ‘Penyihir Melgalius’ di kerajaan.”
“Bu-Bukannya itu berlebihan, iya ‘kan? Aku juga membaca buku itu waktu kecil. Bukannya itu cuman buku cerita anak-anak? Aku tidak paham alasan gereja sangat menolak buku itu.”
Ucap Rumia dengan sedih.
“Mm. Mau kau lihat bagaimana juga, kejadiannya cukup mencurigakan. Yah walaupun biasa saja, tapi itu membuat orang menduga ada konspirasi, iya ‘kan?”
Pertanyaan rumit Sistine membuat Glenn berpikir keras,
“Biar kuulangi lagi, ‘Penyihir Melgalius’ … gabungan dari banyak hal peradaban kuno. Dengan kata lain, bukannya tidak mungkin untuk menyimpulkan kalau Rolan Etruria melihat sesuatu yang terlarang saat dia meneliti peradaban kuno, dan menulisnya di buku, yang kemudian dia dibunuh.”
“!”
“Kata-kata terakhir Rolan saat dia dibakar adalah, ‘Para uskup sedang mengendalikan semua kebijaksanaan dan memanipulasi mereka agar mengikuti mereka. Mereka pasti akan membawa umat manusia pada kehancuran!’. Jangan bilang kau tidak memikirkan perkataannya? Dia hampir bilang kalau ‘Penyihir Melgalis’ adalah versi terlarang dari kitab suci.”
Glenn nampak merenungkan ucapan Sistine dan tetap diam ….
“Jadi ada konspirasi. Jadi? Apa ada hubungannya dengan bagaimana cara kita mengalahkan wraith?”
Ujung-ujungnya, Glenn hanya bisa tersenyum pasrah.
“Sudah jelas, sekarang aku akan membicarakan topik utamanya. Yang kita tahu tentang wraith ….”
Sistine menatap tajam mata Glenn,
“Pedang merah yang ada di tangan kirinya menetralkan sihir, dan pedang hitam di tangan kanannya mamakan jiwa. Wraith tidak bisa dibunuh tidak peduli dia terluka seberapa parah. Bukannya kau sudah tahu? Kalau kau memang suka ‘Penyihir Melgalius’ dari kau masih kecil, aku yakin gurumu juga pasti ingat ….”
Sistine menunjukan satu halaman ke Glenn. Di situ ada gambar dimana seorang prajurit memegang dua pedang berdiri dan berhadapan ribuan musuh. Gambar itu, cocok dengan petunjuk Sistine, digabungkan dengan ingatan Glenn dari buku itu langsung memberikan ide.
“… Pedang Berkilauan Lord Al Khan!”
Di dalam buku “Penyihir Melgalius.” Ada satu tokoh, dimana Raja Iblis berdiri melawan pahlawan, dan ‘Dewa Astral’ bertugas sebagai pengawalnya. Para Dewa Astral mengabdi di bawah komando langsung dari Raja Iblis, setiap dari mereka punya kekuatan diluar nalar. Mereka semua awalnya manusia biasa, tapi nantinya mereka melepas wujud manusianya dan mengambil bermacam-macam wujud.
Di antara mereka, Pedang Berkilauan Lord Al Khan yang paling mengesankan. Meski mengabdi pada Raja Iblis, dia adalah tokoh yang melebihi iblid dari si Raja Iblis itu sendiri. Dia sedang berkelana seumur hidupnya untuk mencari tuan, dia sudah bertarung sangat banyak dan menang, bahkan kadang mengadu pedangnya dengan prajurit Raja Iblis.
Kehebatannya adalah dua pedang yang disebut tadi, sama juga tiga belas nyawa yang dia dapat dari tiga belas ujiannya. Dengan kata lain, dia tidak bisa dikalahkan sampai dia dibunuh tiga belas kali.
“Hey, yang benar saja kau?! Bukannya ini cuman dongeng peri peri biasa?! Shiro Neko, apa kau yakin dia itu Pedang Berkilauan Al Khan?! Itu mungkin berlebihan ….”
“Aku tahu ini memang konyol! Tapi, kesamaan ceritanya lumayan mirip, iya ‘kan? Lagian apa memang iya cuman kebetulan? Dari awal bukannya sudah diluar nalar?!”
Sitine tidak salah. Apa dia memang menulisnya hanya karena “Kebetulan?”
Yang paling penting, ada satu atau dua kemiripan bisa juga dibilang kebetulan, tapi saat kesamaan terus ada, semua orang juga tidak akan bisa lagi untuk bilang tidak ada pola yang bisa ditemukan. Kalau dia hanya menulis hanya semata-mata peluang saja, maka dia tidak ada bedanya dengan orang “Bodoh.”
Dan, seperti yang Sistine sudah jelaskan tadi, “Penyihir Melgalius.” Bukan cuman dongeng peri biasa. Itu adalah kumpulan dari legenda kuno yang mengandung jiwa dari Rolan Etruria yang hebat.
“Sensei, bisa kita jangan bertaruh kemungkinan? Kalau dia memang Al Khan ….”
Dari semua cerita, protagonis dan antagonis punya kelemahan mereka masing-masing. Sejauh ini diketahui kalau Pedang Berkilauan Al Khan, adalah antagonis, dan pada akhirnya pasti ada cara untuk mengalahkannya.
“… apa yang harus kami lakukan?”
Ini judi. Untuk bertaruh di kesempatan kecil memang ada benarnya, dan mengalahkan wraith, jadi semua bisa pulang dengan selamat. Cara lainnya adalah jangan bertaruh, dan mengobarkan beberapa orang, agar yang lain selamat dari Labirin.
Glenn menatap murid-muridnya. Sistine, Rumia, dan Riel menatap balik dengan tajam.
“Kami percaya pada sensei.”
“Kami tidak akan menyesali hasilnya.”
Mata mereka terlihat mencerminkan semua isi perasaan. Sistine, Rumia, dan bahkan Riel sudah bersiap untuk apa yang akan terjadi. Dengan bantuan mereka, kalau Glenn bertarung bersama mereka … mungkin ….
“Aku … punya janji sama murid-murid kampretku … pasti aku akan membawa pulang mereka selamat. Jadi, aku ….”
Sebelum para gadis maju, Glenn sudah membulatkan keputusannya.
- Home
- All Mangas
- Rokudenashi Majutsu Koushi to Akashic Record
- Chapter 06 - Nameless (Part 3)