- Home
- All Mangas
- Rokudenashi Majutsu Koushi to Akashic Record
- Chapter 05 - Roh Bertingkat (Part 3) [END]
Waktu demi waktu mereka berjalan menuruni menara.
Saat keraguan mulai tumbuh sedikit dari perjalan yang nampaknya tidak akan habis, sebuah suara bergema muncul dari depan membuat mereka tersadar.
“!”
Sebelum mereka berdiri di sebuah pintu gothic yang terbuka, di luarnya gelap gulita.
“Sensei?! Suara apa barusan itu ..?!”
“… mm. Itu mungkin suara sihir Celica … mungkin dia sedang dalam pertarungan?”
“Kalau begitu, ayo kita bergegas Sensei!”
Saat kaki sudah menginjak tanah, Celica tidak salah lagi menuju jalan setapak.
Glenn dan timnya berlari secepat mungkin menuju pintu gothic.
“A-Apa ..?!”
Di balik pintu, Glenn dan yang lainnya melihat sebuah ruangan besar terbuka dengan pola seperti arena– sebuah stadium bulat dengan api tersebar melintasi lapangan. Dari jauh sisi arena ada sebuah batu gerbang besar berkilauan dengan warna hitam cerah, dan di depan pintu ….
“Hiyaa!”
Celica sedang dalam pertarungan melawan roh jahat dan mayat hidup yang sangat banyak.
Melihat pembantaian massal itu, Glenn dan yang lainnya tidak bisa membayangkan betapa dalam kebencian dan ancaman yang tertanam di ruangan itu. Pemandangan itu berlangsung sebelum mereka meremehkan pertarungan yang sudah mereka alami selama perjalanan berlangsung. Mayat hidup dan roh jahat yang tidak ada habisnya bermunculan keluar dari tanah dan menyerang langsung menuju Celica, itu adalah adegan langsung dari api penyucian.
Namun, gelombang dari mayat hidup tidak bisa mencapai Celica. Dengan pedang di tangan kanannya, dan sihir di tangan kirinya,
“Mph!”
Celica melancarkan lusinan tebasan pedang dalam sekejap mata, dan memotong mayat hidup yang mendekat menjadi berkeping-keping.
“MATI KALIAN SEMUA!”
Lalu, hanya dengan menggunakan dua kata untuk mengaktifkan Sihir Hitam [Plasma •Cannon], [Inferno•Flare], dan [Freezing•Hell] dengan keduanya, semua sihir militer strategis kelas B memenuhi seisi lapangan. Semburan dahsyat dari petir, banjir dari api yang sangat panas, dan gelombang dingin membantai seluruh mayat hidup yang mengepungnya.
Trio Harmoni. Salah satu dari tehnik Celica yang terhebat. Berdiri di atas gunung mayat hidup yang tumbuh dan menebas mereka semua para penantang yang mendekat, kehadiran Celica seperti sebuah reinkarnasi dari raja iblis.
“Ke-Kekuatan yang gila ….”
“A-Apa ini kemampuan bertarung Professor Arfonia …?”
Penampilan menakjubkan Celica membuat Rumia, Sistine, dan Riel tidak bisa berkata.
“Kekuatan yang sulit dipercaya. Seperti yang kuduga, Celica benar-benar hebat. Dibandingkan dengan orang-orang sepertiku, aku ragu bisa meningkatkan kekuatannya dengan tingkat 5 atau 6 kali hidup … tetap saja …”
Glenn terdiam dengan pemandangan yang ada di depan mereka. Namun, perasaan menjengkelkan membuat Glenn mengerutkan alisnya.
“Untuk apa dia buru-buru …?”
Tentu saja, Celica yang dikenal dengan mantra penghancur tingkat tinggi. Meskipun mereka adalah mantra yang menghancurkan, Celica memberikan beberapa rasa elegan nan misterius kepada mereka – seperti seorang teknisi piroteknik membuat sebuah penampilan luar biasa dari kembang api, seperti itu hingga kehancurannya sangat menakjubkan
TL note:
Istilah piroteknik merujuk kepada suatu bidang yang melibatkan bahan letupan terutamanya untuk tujuan pencahayaan.
Namun, Celica yang sekarang kurang sifat elegannya. Sederhanya, dia memaksa dirinya dengan kekuatan yang besar, sebuah suana yang tertuju pada pemusnahan. Dirinya yang sekarang benar-benar gambaran yang sempurna dari rumor “Penyihir Abu-abu.”
Tatapan mata tajam dari para mayat hidup yang tidak ada habisnya fokus pada Celica dan dirinya seorang.
“OH, KEBENCIAN INI! RASA BENCI YANG KAMI PENDAM UNTUKMU!”
“INI SEMUA SALAHMU! INI SEMUA SALAHMU!”
“KAU MENGAMBIL SEMUANYA! KAU MENGAHANCURKAN SEMUANYA! KEJAYAAN KAMI, KEDAMAIAN, DUNIA YANG MAKMUR. SEMUANYA! SEMUANYA! SEMUANYA! INI KARENA KAU!”
“PENGKHINAT YANG TIDAK TERMAAFKAN! TERKUTUK KAU! TERKUTUK KAU!”
Kebencian yang sangat dalam dan yang diarahkan kepada Celica akan melampaui semua manusia normal.
“BERISIK! DIAM! BUKAN URUSANKU!”
“AHH!”
Namun, berdiri di depan kebencian yang nyata dan dalam, mantra Celica yang sangat kuat menghapus mereka dengan mudah, tidak memberikan kesempatan bagi mereka untuk mendekat. Pilar-pilar dari api keluar dari Celica, sampai pada langit-langit tertinggi, membantai mereka semua yang mencoba mendekatinya.
“Berapa kali harus kubilang! Aku tidak tahu siapa kalian semua, cepat menyingkir dari jalanku!”
Tapi kebencian terus mengalir karena tidak ada pihak yang mengerti. Para mayat hidup dengan cepat menggantikan barisannya, memblokir jalan Celica ke depan, hampir seolah menantang kepada Celica “Kau tidak akan lewat.”
“Hmph. Hanya karena beberapa kertas yang tidak berguna, kau tetap ada di dunia nyata. Baiklah, aku akan menjadi baik dan mengirim sampah seperti kalian semua ke tempat seharusnya!”
Terlihat Celica sudah sampai pada puncak kesabarannya, Celica berbicara pada angin, dan dengan pelan mementikan jarinya.
Tiba-tiba, ada sesuatu muncul. Sebuah sinar hitam besar bergerak menyilang di tanah dengan sendirinya. Dengan cepat, sekitar berwarna hitam, seolah gambaran ilusi dari neraka telah muncul.
“Hmph. Ini akan menjadi perjalan satu arah ke jurang, selamat menikmati!”
Sihir Ritual [Gehenna•Gate]. Itu adalah sihir jahat yang membuang roh dari mayat hidup ke dalam jurang.
Awalnya sebanding dengan Sihir Putih [Api•Pendeta] untuk kegunaannya dalam pemusnahan, dan sebuah metode untuk menghabisi mayat hidup, mantra itu dinyatakan sebagai sihir terlarang karena kekejamannya. Singkatnya, tidak seperti sihir putih yang mengembalikan roh ke dalam siklus, sihir terlarang mamaksa orang mati menuju ke dalam keabadian dari “Kehampaan.”
“TIDAK! TIDAK!”
“TOLONG AKU! JANGAN DI SANA! AKU TIDAK INGIN PERGI!”
“AHH!”
Teriakan dari jiwa yang tertinggal bergema di dalam ruangan. Kebencian yang tidak berujung dengan cepat berubah menjadi ketakukan dan keputusasaan. Para mayat hidup dengan pasrah tertarik ke dalam jurang. Dendam mereka yang masih melekat, keterikatan mereka di dunia nyata, dan kebencian mereka yang luar biasa, tidak ada yang berarti. Semuanya harus ditelan oleh jurang maut – oleh “Neraka.”
Pada akhirnya, keheningan yang tidak biasanya kembali ke ruangan.
“Hmph … itu karena kau menghalangi jalanku ….”
Celica bergumam dengan kesal pada dirinya sendiri.
Semua kebencian dan kegilaan terjebak yang terjebak di dalam ruangan dibersihkan, dan sekarang lapangan kembali ke dalam ketenangan aslinya.
Glenn dengan cepat berlari ke arah Celica, yang sedang berdiri linglung.
“Celica!”
“… G-Glen? Bagaimana bisa …?”
Celica dengan perlahan menolehkan kepalanya.
Dengan pandangan muramnya, tidak ada sedikit pun sifat dirinya yang biasa bisa dilihat.
“… Ke-Kenapa kau di sini?”
“Itu yang seharusnya kubilang! Kenapa kau pergi ke tempat ini sendirian?”
Glenn dengan marah berteriak kepada Celica saat dia menarik pundaknya,
“A-Aku tidak khawatir tentangmu sama sekali, tapi para muridlah yang khawatir setengah mati! Ta-Tapi aku tidak khawatir sama sekali!”
“Se-Sensei, kau mengatakan hal yang sama dua kali ….”
Rumia tersenyum masam ke arah Glenn yang sedang mengomel.
“Lagian, ayo cepat kita pulang. Kau ini, selalu saja membuat masalah ….”
Meskipun tampak Glenn tidak senang dengan Celica. Tapi Glenn menunjukan rasa lega.
“Hei, Glenn! Dengar ini! Akhirnya aku … akhirnya aku menemukannya!”
Tiba-tiba, Celica membalasnya dengan senyuman yang dipaksa, dengan sedikit perasaan dibaliknya.
“Ah? Menemukan? Apa yang kau temukan?
Ingin cepat pergi dari “Menara” terkutuk, Glenn dengan nada marah menjawab,
“ ‘Petunjuk’ masa laluku yang sudah hilang!”
“… apa?”
Jawaban yang tidak terduga membuat Glenn terdiam.
“Aku telah ingat. Di dalam ruangan planetarium di dalam ‘Observatorium Taum’, saat gerbang muncul, aku sudah mengingat tentang masa lalu diriku!”
Celica dengan girang menhampiri Glenn,
“A-Aku .. sudah pernah pergi lewat pintu itu di masa lalu, ‘Koridor Bintang-bintang’ itu! yah seperti itu!”
Celica merentangkan tangannya, dan berputar menari dengan riang.
“Dan … dan! Glenn! Apa kau tahu kita ada dimana?”
“Umm … di sekitaran ‘Menara’.”
“Hehehe~ Sebenarnya, kita sedang berada di dalam Labirin Bawah Tanah Akademi Sihir Kerajaan Alzano!”
“… huh?!”
“Labirin Bawah Tanah? Bawah Tanah?!”
Karena tahu akan informasi yang tidak terduga, Glenn sedikit sulit untuk berpikir.
“Dan, ini adalah lantai ke-89! Aku memakai Sihir Hitam [Pendeteksian•Koordinat] dan memastikan tempat yang spesifik, aku yakin itu!”
Celica yang bergairah mencoba menjelaskan, membuat Glenn kebingungan.
“Apa kau tidak mengerti? Aku dengan mudah melewati kesulitan yang tidak mungkin di lantai 10 dan 49 – lantai yang membuatku dijuluki ‘Si Pencoba yang Bodoh’ !”
Kegembiraan Celica bukan tanpa alasan.
Dia dengan tidak pernah berhenti menantang Labirin, tapi petualangan yang tidak ada akhirnya dan sangat melelahkan, penjaga yang tidak terhitung jumlahnya, dan juga banyaknya jebakan yang mematikan sudah menghalangi usahanya. Ditambah, struktur dan jebakan yang ada di dalam Labirin bisa berubah dari waktu ke waktu, denah peta dan tempat teleportasi yang masih diperdebatkan. Desain ini dimaksudkan untuk menghalangi proses apapun, jadi itulah kenapa disebut “Si Pencoba yang Bodoh.”
Dari sekian banyaknya percobaan Celica menantang sang Labirin, dia sering digagalkan oleh halangan yang berubah-ubah, dan sampai hari ini, dia masih tidak melewati lantai 49. Di hari yang tidak beruntung, bahkan melewati lantai 15 itu mustahil.
“lantai ke-49 … selama aku bisa menghancurkan julukan ‘Si Pencoba yang Bodoh’, aku bisa pulang ke rumah dengan tenang! Bersenanglah, Glenn! Sejengkal lagi aku bisa membongkar kebenaran dari Labirin ini!”
Ini Labirin Bawah Tanah? Apa di bawah tawah? Dan kalau memang benar di bawah tanah, langit malam yang tadi dilihat di balkon itu apa?
Kenapa bisa, Observatorium Taum terhubung dengan Labirin Bawah Tanah di bawah akademi, dan apa sebenarnya dari perangkat planetarium?
Apa itu “Koridor Bintang-Bintang’ yang kita lewati barusan?
Kenapa Celica terlalu terobsesi dengan Labirin Bawah Tanah? Atau sampai tingkat kewarasan, seperti apa Celica?
Glenn punya jutaan pertanyaan di kepalanya ….
“… tapi, sekarang tidak ada pertanyaan yang penting ….”
Bagi Glenn, lebih banyak pertanyaan daripada misteri, ada sesuatu yang lebih penting perlu diselesaikan, dan itu adalah ….
“Seperti yang kuduga. Masa laluku, misiku yang terlupakan, keabadianku yang tidak bisa aku mengerti – semua itu kutemukan di Labirin Bawah Tanah ini, seperti ‘Suara’ yang sudah ditakdirkan.”
Celica melanjutkan bicaranya dengan penuh teka-teki,
“Ya … aku juga, samar-samar, ingat akan … ‘Pintu’ ! “
Seolah terpesona, Celica perlahan ditarik mendekat dan terus mendekat menuju pintu gelap gulita.
“Di sisi lain, aku yakin … semuanya … segalanya bagiku ….”
“Sudah cukup!”
Glenn menarik tangan Celica, menariknya untuk berhenti.
“G-Glenn …?”
Celica berbalik melihat Glenn dengan tatapan linglung.
“… ayo kita pulang, Celica.”
“Ke-Kenapa? Aku akhirnya sedikit lagi bisa untuk mencari tahu tentang jati diriku.”
“Walau aku tidak tahu kenapa kau yakin kalau masa lalumu ada di balik ‘Pintu’ itu, aku paham itu ….”
Glenn berhenti sejenak,
“Biar kuperjelas, Celica, masa lalumu yang hilang itu mungkin bukan yang enak.”
Glenn menatap mata Celica dengan tajam, dan dia melanjutkat.
“Menurutku, semua roh itu memiliki rasa kebencian yang kuat. Untuk waktu yang sangat lama, aku tidak membayangkan apa yang membuat mereka punya banyak kebencian, tapi setelah melihat pertarunganmu barusan, aku yakin, kalau rasa benci mereka adalah kau.”
“..?!”
“Kau dengar suara mereka tadi ‘kan? Betapa buruknya tindakan yang kau sudah perbuat sampai mereka jadi sebenci itu. Aku sama sekali tidak paham.”
“G-Glenn ….”
“Tapi, aku tidak peduli. Tidak peduli seberapa benci roh jahat itu padamu, kau selalu menjadi yang paling kusayang …. Sensei. Tidak ada yang lain.”
“Ta-Tapi, Glenn! Aku … aku …!”
Celica menundukan kepalanya di keheningan.
“Hei, Celica, mari kita pulang. Kau sudah cukup. Jangan mencari tahu tentang masa lalumu lagi. Lupakan saja. Tidak peduli orang seperti apa kau sebelumnya, aku selalu ….”
Celica memotong ucapan Glenn ….
“Ti-Tidak ….”
Celica pun bergetar saat memabalasnya, seolah anak kecil yang sedang mengamuk,
“Aku tidak bisa! Ka-Karena, kalau kulewatkan, aku selamanya akan … sendirian ….”
Celica terlihat ingin mengatakan sesuatu, namun dia berhenti dibagian terpenting.
Dengan itu, Celica menepis tangan Glenn dan berlari menuju pintu.
“Ah! Hei! Celica!”
Dengan suara tangisan Glenn yang menjadi, Celica terus melanjutkan langkahnya berlari menuju pintu.
“Itu pintunya! Semua yang kucari selama ini pasti ada di belakang pintu itu!”
Saat Celica berlari, dia teringat ….
“Kembalikan dirimu ke skilus pemeliharaan•….”
…. Sekitar empat ratus tahun, sesuatu yang tidak ada akhirnya, kesulitan, dan hari-hari yang menyakitkan, tentang berkali-kali dia berusaha untuk mengakhiri semuanya ….
“Lima unsur elemen kembali ke lima unsur elemen•….”
… dan tentang “Suara.” Yang terus mendorongnya maju.
Suatu hari, suara yang sudah selalu berbisik “Selesaikan misimu”, “Sadari tujuanmu.” Dan lainnya, berubah. Itu adalah sebuah hari dimana Celica tidak bisa lupakan, saat sepuluh tahun yang lalu, setelah dia mengadopsi Glenn dan mengambil pekerjaan sebagai profesor di Akademi Sihir Kerajaan Alzano. Dikarenakan beberapa tugas, dia pergi ke bawah Labirin Bawah Tanah. Di saat itu, suara itu memanggilnya ….
“Pergilah ke tempat terdalam dari Labirin Bawah Tanah … di sana, kau akan menemukan tujuanmu.”
Sejak saat itu, seolah sudah terdoktrin, menantang Labirin Bawah Tanah lagi dan lagi, untuk membuka kebenaran dibalik dirinya selama 400 tahun mengembara … begitulah hubungan sifat abnormal Celica Arfonia dengan Labirin Bawah Tanah.
“Putuskan hubungan antara khayalan dan kenyataan!”
Tapi, sejujurnya … sampai Celica yang sekarang, identitas aslinya, masa lalunya, dan misinya tidak ada artinya bagi Celica. Meski tanpa ingatan masa lalunya, meski tanpa masa lalunya, dan meski tanpa misinya, Celica sudah tidak sendirian lagi, karena Glenn sudah di sisinya. Dia sekarang sudah bisa berbicara dengan orang lain, menuju masa depan bersama. Dia tidak perlu masa lalu dan misinya untuk menjelaskan kehadiran dirinya, juga tidak sudah gelisah karena sendirian. Karena itu, apa yang dia sedang cari saat ini dikarenakan sesuatu, bukan keabadiannya.
“Dengan ini ….”
Celica mengaktifkan Modifikasi Sihir Hitam [Extinction•Ray]. Tembakan dari sinar yang menghapus seluruh yang ada di depan jalannya ditembakan dari tangan kirinya, langsung ke pintu yang ada di depannya. Untuk sesaat, dunia terlihat putih pucat oleh cahaya dan panas yang kuat.
Saat sinarnya mulai pudar, keheningan yang tidak biasa muncul.
“Ba-Bagaimana mungkin ..?!”
Celica menatapi pemandangan di depannya.
Pintu yang dia tembak barusan tidak lecet sama sekali dan masih utuh, seolah mengejek kemampuan Celica.
“Mustahil? Kenapa tidak hancur?! Sialan! Bagaimana caranya aku bisa masuk ke sisi lain pintu?!”
Celica berjalan ke depan pintu, dan dengan hati yang penuh kebencian, dia mulai memukul pintu itu sekuat tenaga dengan putus asa.
“… ini tidak bisa. Ini tidak bukan seperti dirimu. Bagaimana mungkin kau tidak tahu hal sederhana seperti Lapisan Etherio? Bangunan kuno yang tidak bisa dihancurkan dengan serangan fisik atau sihir.”
Glenn mengejarnya, dan mengentikan pukulan yang tidak ada henti-hentinya.
Glenn tercengang dengan gerbang raksasa. Permukaannya dilapisi dengan sketsa dalam tulisan kuno, simbol misterius, dekorasi, dan gambar, tapi tidak ada tanda cara cepat untuk membuka gerbang. Glenn sendiri juga merasa tidak masalah untuk membiarkan gerbang itu terkunci.
“Lepaskan aku! Lepaskan aku, Glenn! Aku – ….”
Glenn mendorong Celica, yang sedang naik pitam dengan tangan yang berdarah-darah, ke pintu. Selama itu bukan lomba sihir, Celica hanya gadis biasa. Kekuatan fisiknya tidak sebanding dengan Glenn.
“Menyerahlah … lupakan tentang itu.”
Dengan wajah yang dekat Celica, Glenn memohon,
“Apa yang membuatmu tidak puas?! Celica!”
“…!”
Glenn yang berteriak membuat Celica yang biasa sendirian menampilkan sisi yang lembut yang tidak terduga, dan dia perlahan menundukan kepalanya sebagai balasan. Itu adalah saat-saat, dimana ….
“Angkat tangan kotormu dari pintu, dasar menjijikan!”
Sebuah suara bergema yang sepertinya berasal dari tempat terdalam neraka,
“Orang biasa dan penjaga tidak boleh masuk. Hanya penduduk dari negeri dan langit yang boleh. Kau tidak cukup syarat untuk masuk!”
“Apa …?”
Glenn dan yang lain terkejut hanya bisa menatap ke dalam sumber dari suara. Seolah keluar dari kegelapan, itu sepertinya mulai muncul ke tengah lapangan. Sosok misterius yang dilapisi jubah berwarna merah terang dari ujung kaki sampai kepala, wajahnya tertutup oleh tudung. Asap hitam berhembus keluar dari jahitan jubahnya, seolah kegelapan mengambil bentuk dari sosok manusia saat memakai jubah. Sudah pasti apa yang berdiri di depan mereka adalah seseok roh.
“Si-Sialan …!”
Melihat penampakan roh membuat Glenn mencaci keberuntungannya.
“Ah ..?!”
“Sensei …! Mahkluk itu …!”
Sistine dan Rumia juga merasakan aura mengerikan datang dari roh itu. Meski Riel berada di garis terdepan menghadapinya, ujung pedangnya juga ikut bergetar.
”Si-Sialan! Di-Dia … ini gawat!”
Glenn bisa berkata begitu hanya dengan melihat sekilas dari roh dengan kekuatan yang tidak biasa.
Sama dengan orang biasa tanpa sedikit pun sihir akan akan merasakan berdiri di depan sihir yang sangat kuat, Glenn tidak bisa berbuat banyak hanya ada rasa putus asa saat bertatapan dengan roh. Sebagai seorang mantan mage, insting Glenn, terasah lewat pertempuran hidup dan mati yang tidak terhitung jumlahnya, berteriak kepadanya. Sebelum roh ini, sihir jenis apapun mungkin bisa digunakan – termasuk sihir Celica – dimana bukan tandingannya. Singkatnya, roh itu sudah berada di tingkat yang berbeda dengan tim Glenn.
“Ha! Siapa kau?!”
Namun, ironisnya Celica terlihat tidak takut sama sekali dengan situasi, juga dia tidak sadar akan mengerikannya mahkluk yang berdiri di depannya. Nafsu Celica untuk membuka pintu mengalahkan keputusannya, meninggalkannya tanpa sifat tenangnya yang biasa.
“Lupakan saja. Setidaknya kau bisa bicara. Aku akan bertanya, bagaimana caranya membuka pintu yang hancur ini? Selama kau patuh terhadapku, aku akan membiarkanmu hidup.”
“Kau …?”
Roh itu terlihat mulai menyadari Celica, dan menarik beberapa hasrat membunuhnya,
“Sepertinya anda telah kembali. Satu-satunya yang layak jadi tuanku, Surga (Celica)!”
“Huh?”
Celica terdiam saat namanya tiba-tiba dipanggil.
“Aku melihatmu seperti bukan Celica yang kukenal. Kau tidak diizinkan lewat gerbang ini. Argal, tolong kembali ke tempat asalmu!”
“A-Apa yang kau bilang? Kau mengenalku?!”
“Pergilah. Dirimu yang sekarang tidak membuatku tertarik.”
Dengan itu, roh tersebut benar-benar tidak mempedulikan Celica, dan melihat Glenn juga yang lainnya. Tanpa satu orang pun menyadari, dua pedang muncul di tangan roh tersebut – yang satu berwarna merah di tangan kirinya, dan satu lagi berwarna hitam di tangan kanannya. Hanya melihat pedangnya saja, Glenn dan yang lainnya bisa merasakan hawa yang mengerikan.
“Kau si bodoh. Hidupmu akan hilang saat ke alam baka. Biarkan pedangku yang akan mengirim kau, sebagai orang mati, masih ada rasa sakit tapi hanya sebentar di ‘Menara Nafas‘ ! “
Dengan rasa kebencian dan membunuh terus keluar dari wraith, seolah tangki yang bocor, dan Glenn juga yang lain merasa membuku dengan tekanan luar biasa ini.
“Eh ..?!”
Sistine yang ketakutan menggenggam Glenn sekuat tenaga.
“Ahh …!”
Bahkan Rumia yang gigih mukanya sudah terlihat pucat, bergetar di tempat dimana ia berdiri.
“Haa … Haa … Haa ….”
Sementara Riel yang yang tidak beremosi benar-benar sudah pucat, dan Hiperventilasi.
TL note:
Hiperventilasi adalah napas pendek secara berlebihan. Dengan kata lain lebih banyak mengeluarkan karbon dioksida daripada menghirup oksigen.
Glenn memutuskan untuk mundur.
“Celica! Biarkan kami …!”
Glenn mengisyaratkan Celica dengan harapan membiarkan mereka “Memaanfaatkan waktu agar siswa bisa menyelamatkan diri.”
“Hei, dengarkan aku!”
Namun, Celica benar-benar tidak peduli dengan rencana Glenn, dan menyerang langsung ke roh.
“Sudah kuputuskan! Kalau kau tidak mau memberitahuku, aku hanya perlu memaksamu!”
“Bodoh – ..! Berhenti! Celica!”
Celica benar-benar tidak mempedulikan Glenn, dan mulai mereapal sihir.
“MATI!”
Sihir Hitam [Prominance•Pillar]. Api berbentuk pilar merah seketika bangkit, dan menelan roh.
“Dasar, hanya mainan anak-anak ….”
Dengan sekali tebasan pedang yang ada di tangan kirinya, roh itu memotong sihir Celica menjadi dua.
“Untuk ukuran rekan terbaik dengan si bodoh, seberapa lemah kau. Kemana perginya kesombongan “Raja-Raja” itu? Yang sebelumnya sudah kau habisi?”
“Apa?! – apa yang barusan dia lakukan?!”
Glenn kaget dengan apa yang terjadi. Dari permukaan, semua yang sudah terjadi bahwa sihir Celica dihapus. Bagi glenn, seorang penyihir veteran yang hidup setelah ribuan pertarungan, instingnya berteriak kalua itu adalah seseuatu yang beda. Namun, selain kekhawatirannya, Celica melanjutkan serangannya ke roh.
“Ha! Tangkisan sihirmu lumayan juga!”
“Tidak, Celica! Apa kau tidak paham?!”
Masalahnya, Sihir Hitam [Prominance•Pillar] adalah mantra militer kelas B. Selama yang dipakai sihir militer modern, tidak mungkin untuk menghapus mantra kelas B, dan harus diterima oleh sihir defensif. Singkatnya, sihir ofensif harus melewati beberapa tingkatan yang tidak bisa dihapus.
“Itu bukan tangkisan sihir biasa! Pasti lebih dari itu …!”
Tapi, dengan darah yang berpacu di kepalanya, Celica tidak bisa mendengar peringatan Glenn ….
“Hyaa!”
Dengan pedang mirthilnya, Celica melaju ke depan menuju wraith. Dengan sihir yang sudah dirapal [Load•Experience]. Celica sekarang mengambil kemampuan dari “Ratu Pedang” yang terkenal dan menjadi ahli pedang yang ‘tak terkalahkan. Dengan dirinya yang sekarang, seharusnya tidak ada yang bisa menang melewannya.
“Biar kupenggal kepala sombongmu itu! Semoga saja kalau hanya kepala, kau mungkin mau patuh dan menjawab pertanyaanku!”
Celica mendekati seperti hembusan angin saat ingin menyerang.
“Bergantung kepada kemampuan yang dipinjamkan oleh orang lain. Apa kau tidak malu?”
Wraith berjalan mendekati Celica, dan sekali lagi mengayunkan pedang kirinya.
DING!
Dengan suara melengking tajam, pedang celica bertabrakan dengan pedang wraith.
“Apa … -“
Seketika, Celica terkejut,
“Ba-Bagaimana bisa?!”
Dia tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya, dan mengacungkan pedangnya ke arah wraith. Namun, sikap tenangnya tidak lagi mencerminkan sikap seorang pendekar pedang terkuat.
“Ke-Kenapa mantraku dinetralkan? A-Apa yang sudah kau lakukan?!”
“Aku tidak punya sihir di tangan kiriku, [Pembunuh•Penyihir] … trikmu tidak mempan padaku.”
Wraith berpaling melihat Celica, dan memperingatkannya,
“Aku menaruh rasa hormat yang besar kepada pemilik pedang aslinya. Dari seranganmu barusan, aku bisa mengerti. Kalau pemilik pedang aslinya sudah lama meninggal. Untuk manusia bodoh sepertimu, manusia biasa, untuk mencapai cita-cita seperti itu ….”
Wraith kemudian menggambar lingkaran di atasnya dengan pedangnya, seolah dia sedang menyembah kepada seseorang.
“Meski aku datang dari langit, mau tak mau aku takjub dengan kemampuan berpedang ….”
Dengan perkataan itu, wraith membuat kuda-kuda dengan kedua pedangnya,
“Argal, aku tidak mengizinkanmu menggunakan pedang itu lagi, Surga (Celica)! Sampai kapan kau mau jatuh seperti ini? Aku tidak bisa menyembunyikan kekecewaanku lagi ….”
“Sialan …! Palu Dewa Petir!”
Mundur ke belekanag, Celica mengangkat tangan kirinya, dan merapal Sihir Hitam [Plasma•Cannon]
“Lagi-lagi, mainan anak-anak ….”
Dengan satu tebasan pedangnya, petir yang menyerang wraith dengan mudah ditangkis.
Dengan cepat, wraith menghilang menjadi asap, dan muncul Kembali di belakang Celica. Dengan kecepatan yang mengerikan, dia mengayunkan pedangnya.
“Cih!”
Saat ini, Celica terpaksa membalasnya dengan memutar tubuhnya ke atas, dan berencana untuk mengindari serangannya. Namun, meski itu usaha terbaiknya, pedang wraith mampu menebasnya.
“Haa?”
Saat dirinya terluka, Celica merasakan sensasi jiwanya terkoyak. Dengan cepat, tubuh Celica menjadi lemah dan tidak bisa lagi menopang dirinya berdiri, membuat dirinya jatuh ke tanah.
“A-Apa? Apa yang terjadi dengan kekuatanku?”
“Tangan kananku ada sihir, Soul•Eater … mereka yang terluka dengan pedang ini akan menjadi lemah.”
Wraith berjalan di samping Celica yang tidak berdaya, dan mengacungkan pedang kanannya di leher Celica. Tanpa adanya niat melawan, suasana di sekitar wraith menjadi lebih jelas, dia ingin menunjukan keunggulannya.
“Uwaaa ….”
Celica bergetar dengan pedang di lehernya. Tanpa ada kekuatan meski sedikit pun untuk mengangkat satu jadi, Celica hanya bisa pasrah menerima takdirnya.
“Aku sudah salah menilaimu. Kau tidak pantas menjadi tuanku, mati saja kau.”
“!”
Celica menatap pasrah ujung pedangnya. Dengan hanya goresan halus, kepala Celica bisa terpisah rapih dari badannya, dan dengan itu, hidupnya tamat. Meskipun selalu khawatir dengan keabadian dirinya, Celica sekarang bertatapan dengan maut.
Namun, di detik-detik terkahirnya, semua yang muncul di kepala Celica adalah waktu yang dia habiskan bersama Glenn, sepuluh tahun atau lebih kehidupan yang normal.
“Ah ….”
Sebuah pemikiran yang belum pernah muncul selama 400 tahun, atau lebih, dia selalu mencari tahu pemikiran yang berlawanan. Tapi di persimpangan ini, ingatan apa yang akan menghilang?
“Aku … tidak ingin mati ….”
Setelah tiba-tiba sadar, air mata mulai berkumpul di ujung matanya.
“Ti-Tidak … a-aku … masih ….”
“Kalau aku tahu aku akan mati di tempat seperti ini, untuk alasan bodoh itu … untuk apa aku sampai keras kepala?”
“Kau memalukan …”
Dengan kalimat kritikan terakhir, wraith mengangkat pedangnya untuk diayunkan.
“Se-Selamatkan aku … GLENN …!”
Celica memikirkan Glenn di detik-detik terkahirnya, dengan matanya yang tertutup rapat saat pedang dingin mulai diayunkan untuk memotong lehernya.
“Kendalikan dirimu! Sialan kau!”
Setengah lusin tembakan pun dilepas, enam kilatan melesat di udara. Glenn sudah menembakan pistolnya kea rah wraith.
“Hah ..?!”
Merasa terkejut, peluru yang ditembakan berhasil masuk ke dalam jantung menembus pertahan wraith. Kemudian dia dengan cepat mengayunkan pedangnya dengan kecepatan yang luar biasa, membuat lima tebasan cahaya yang menangkis sisa peluru – benar-benar pertunjukan yang hebat dari kelincahan seorang ahli pedang. Kemudian dia melopat ke langit-langit, menjaga jarak dari Glenn.
“Celica, apa kau baik-baik saja?”
Dengan wraith yang terpukul mundur, Glenn dengan cepat berada di depan untuk melindungi Celica, matanya terus menatap musuh.
“Kau punya senjata yang menarik ….”
Wraith masih waspada dengan Glenn, dan dia menggenggam pedangnya,
“Alat sihir yang memanfaatkan ledakan untuk melesatkan butiran besi? Hanya mainan tingkat tiga, jangan pikir itu bisa dipakai lagi.”
Wraith masih berdiri tegak. Serangan Glenn barusan sepertinya tidak ada efek sama sekali.
“Sialan, kenapa kau masih hidup? Aku yakin sudah menembak jantungmu!”
Merasa jengkel dengan serangan yang sia-sia, Glenn dengan cepat melepas silinder dari pistol revolvernya, membuang selongsong sisa, dan mengisi laras silinder dengan yang baru. Sayangnya, tidak mungkin untuk wraith menunggu Glenn selesai mengisi ulang.
“Baiklah! Biarkan aku melihat sampai mana manusia bodoh bisa mencapai perjuangan mereka yang tidak berguna!”
Dengan kecepatan yang seukuran ruangan itu saja, wraith hanya butuh satu Langkah untuk mendekat di antara dia dan Glenn.
“I-Ini gawat!”
Glenn tidak punya cukup waktu untuk mengisi ulang pistolnya. Berdiri di depan di antara dua pedang besar yang menghnus, tinggal sedikit lagi wraith akan menebas Glenn ….
“Sisti!”
“Berkumpulah petir•Wujudkan dirimu sebagai palu perang•Habisi mereka yang ada di depanku!”
Sistine dengan cepat merapal mantra dengan Rumia di sampingnya, bahu membahu.
Sihir Hitam Sistine [Blast•Blow] langsung menyerang wraith yang membayangi Glenn. Dengan bantuan sihir murni Rumia, kekuatan sihir Sistine berada pada batas maksimal, dan dengan kemampuan hancurnya, menghancurkan bagian bawah wraith.
“… mainan anak-anak.”
Sekali lagi, sihir mereka menghilang saat menyentuh bagian ujung pedang kirinya, ledakan yang kuat berubah menjadi angin sepoi.
“Tidak mungkin! Tidak bisa juga dengan amplifikasi Rumia?
Sistine berteriak putus asa.
Di saat yang sama, Riel berada di sisi yang lain ….
“Tidak masalah! Hiyaa!”
Dengan pembukaan, Riel meloncat menuju wraith, mengayunkan pedang besarnya dengan sekuat tenaga.
Namun, wraith masih gesit seperti biasa, dengan pedang kirinya menangkis serangan Riel, dengan pedang kanannya menyerang untuk membelah dua Riel.
“Hngh?!”
Pedang Riel tiba-tiba pecah menjadi serpihan dan membutakan pandangan wraith. Sihir pedangnya yang terbentuk lewat sihir alkimia dari batu yang ada di luar observatorium, dan dengan serangan telak dari pedang kiri wraith, akan memecah bentuk aslinya. Riel mengambil keuntungan dari sihirnya untuk membutakan wraith sesaat, dan sekaranglah waktunya, Riel mengeluarkan serangan aslinya.
“Hiyaa!”
Dengan pedang mirtil terbaring di samping Celica yang lumpuh, yang Riel ambil di sampingnya. Dengan pedang yang digengam terbalik, Riel memutar tubuhnya yang kecil seperti angin topan dari bawah ke atas, dan menebas dari pinggang kanan wraith ke pundak kirinya.
“Ugh?!”
Tebasan kuar Riel membelah ke dalam bagian wraith, dan membuatnya sempoyongan di udara. Sebuah serangan kuat, membuat sebuah gelombang ledakan yang menghempaskan Glenn juga yang lainnya. Mendapat serangan telak yang berakibat fatal, dan wraith sepertinya sudah sampai puncaknya. Tapi, sebelum itu ….
“… boleh juga.”
Sembari menghela nafas, wraith secara perlahan mendarat di tempat yang jauh dari Glenn dan yang lainnya.
“Tidak diduga, aku menerima dua serangan dari manusia rendahan. Sepertinya aku masih harus banyak Latihan.”
Wraith memegang kedua pedangnya dalam keadaan siap, dan perlahan mendekati Glenn dan yang lain. Sekali lagi serangan yang dilancarkan gagal menghasilkan luka.
“Seriusan, apa kau tidak Lelah? Tidak ada ruginya untuk istirahat sebentar kau tahu.”
Glenn mencemooh wraith saat dia mengangkat pistolnya yang sudah terisi.
Dengan itu, Glenn buru-buru memilah informasi yang dia punya tentang wraith di kepalahnya, keringat dingin pun bercucuran keluar dari tubuhnya. Dari apa yang dikumpulkan, pedang kiri wraith bisa menetralkan sihir apapun yang bersentuhan, artinya menggunakan sihir untuk melewannya itu sia-sia. Di satu sisi lain, pedang kanannya bisa membuat siapa saja yang hidup menjadi lumpuh, mirip serangan yang langsung bersentusan dengan jiwa. Meski sederhana, untuk bergerak itu sangat sulit. Di waktu yang sama, tidak peduli seberapa banyak luka yang dia dapat, dia tidak akan tumbang. Semua itu kemudian digabungkan dengan seni bela diri wraith yang luar biasa, yang bisa menggunakan dua pedang dengan lihai.
“Tidak penting melihatnya sekuat apa, yang kemampuannya yang terkuat mungkin pembunuh penyihir ….”
Wraith singkatnya terlalu kuat, Glenn dan yang lainnya tidak mungkin bisa mencari kelemahannya yang lain. Singkatnya musuh tipe ini adalah lawan terburuk bagi Glenn. Saat ini, kemenangan malawan wraith hanya tinggal mimpi.
“Besiaplah, rendahan. Rasakan seranganku …. ••• ….”
“Apa-apaan mantra itu?!”
Dengan kata yang tidak diketahui, sebuah api bulat perlahan muncul di atas wraith, yang mana keterangannya dan panasnya menyaingi matahari, mewarnai seluruh area dengan warna putih. Merasakan panas yang sangat di dalamnya, Glenn bingung menjelaskan benda apa itu tapi itu mirip miniatur matahari. Itu adalah mantra api terhebat Celica, Sihir Hitam [Inferno•Flare], yang tidak ada bandingannya.
“Ti-Tidak mungkin! Se-Sebanyak apa kekuatan sihir yang kau punya?!”
Glenn benar-benar terkejut dengan tontonan kekutannya. Yang pasti, wraith kuat karena usahanya sendiri, tapi dia sudah jauh dari akal sehat.
“Dia juga bisa menggunakan sihir yang tidak diketahui? Bukannya itu curang?!”
Saat ini, Glenn ragu untuk mengeluarkan kartu tarot Si Bodoh. Dengan wraith yang masih dalam proses merapal mantra, selama Glenn mengaktifkan sihir uniknya [Dunia si Bodoh], dia bisa dengan mudah membatalkan mantranya.
“Tapi kalau aku batalkan mantranya, Langkah selanjutnya apa?”
Semua yang melekat pada Glenn hanya tinggal tinju dan pistol, dengan tambahan pedang Riel. Dengan semua sihir dikunci, meski sihir Rumia akan membuat masalah baru. Singkatnya, saat mereka bisa menghindari maut, tanpa adanya kemampuan bertarung mumpuni, mereka tidak akan bertahan lama.
Dengan keraguannya mengaktifkan [Dunia si Bodoh] …
“… •••. Mati kau.”
Dengan wraith yang sudah selesai merapal.
“Sialan ….”
DUAR!
Miniatur matahari di atas kepala wraith bercahaya semakin terang dan terang. Dengan panas dan silau membutakan Glenn dan yang lainnya dari pandangan. Perlahan menelan dan menghapus yang dilewatinya.
…
“… hmm?”
Saat semua hampir selesai, dunia kehilangan warna dan suara. Wraith dan matahari yang ada di atasnya membeku. Semuanya sudah berubah warna menjadi abu-abu … hanya Glenn dan yang lain tidak terkena efeknya.
“A-Apa ini?”
“Sensei? I-ini? Apa yang sebenarnya terjadi?”
Perkembagan situsai yang melewati batas nalar mereka membuat Glenn juga yang lain kebingungan,
“… cepat, semuanya, ke sini!”
Sebuah suara muncul dari belakang.
Glenn dan yang lainnya dengan cepat menoleh ke sumber suara, dan pemandangan yang membuat jangtung mereka berdetak kencang.
“Apa …?”
“Aku tidak bisa mengaktifkannya terlalu lama, jadi cepat dan pergi!”
Di depan mereka ada seorang gadis muda. Rambutnya putih pucat, dan matanya seperti merah coral dengan rona gelap, dan mengenakan gaun berkerudung tipis. Di punggungnya ada sepasang sayap yang jelas bukan dari dunia ini.
“Apa yang kalian tunggu? Cepatlah! Dia tidak akan memaafkan manusia bodoh yang mengembara ke alam baka, dan akan mengejarmu sampai ke ujung dunia! Jadi ….”
“Ka-Kau adalah ….”
Glenn sudah pernah melihat dia sebelumnya,
“Saat pertama kali di ruangan ritual, di bawah patung langit kembar, Taum. Kau itu bukan khalayan?!”
“Hmph, manusia memang bodoh. Mereka semua bodoh saat menemui sesuatu yang mereka tidak bisa jelaskan, dan aku jijik untuk melihat mereka … benar, benar bodoh.”
Gadis muda itu melihat Glenn mata yang merendahkan, dan mengeluarkan ejekan kecil.
“Umm, jadi siapa kau sebenarnya …?”
Sistine dengan ragu bertanya,
“A-Apa yang terjadi? Dan kenapa kau ….”
Itu bukan sesuatu yang hanya Sistine sadari, tapi semua orang yang ada di sana.
“Ke-Kenapa kau … wajahmu mirip seperti Rumia?!”
Saat baru saja Sistine bertanya, wajah gadis muda itu mirip sekali dengan Rumia, hampir seperti bentuk yang sama.
- Home
- All Mangas
- Rokudenashi Majutsu Koushi to Akashic Record
- Chapter 05 - Roh Bertingkat (Part 3) [END]