Di bawah langit malam berbintang yang runtuh.

Aku mengenang saat aku berlari ke bawah “Koridor Bintang-Bintang” yang tidak berujung sendirian, saat-saat diriku.

….

… hari-hari bahagia yang kuhabiskan bersama Glenn telah menghidupkan lagi diriku ke dunia ini, yang mana, aku mendapatkan kembali bagian-bagian kemanusiaanku yang telah hilang.

Meskipun hari-hari itu jauh dari ketenangan, aku masih bisa menikmati waktu bersama dengan Glenn.

Namun, suara yang menyelip jauh di dalam jiwaku terus berlanjut untuk memaksaku menuju misi misterius.

“Apa sekarang adalah waktunya bermain rumah-rumahan bagimu?”

“Bukannya masih ada hal yang perlu kau lakukan?”

“Selesaikan misimu secepat mungkin. Selesaikan misimu!”

Namun, aku tidak bisa mengingat misiku.

Selama hari-hari bahagia berlanjut, kebahagian yang aku sudah rasakan, perlahan meresapi jiwaku yang meneteskan racun. Sebelum berlanjut, aku menderita “Penyakit.” Itu sebuah penyakit yang mana diriku yang sendirian dulu tidak bisa membayangkannya, dan pasti akan mengejekku saat hari-hari aku mulai tabah – sebuah “Penyakit” yang sangat konyol yang bahkan sampai aku tidak bisa memikirkannya di waktu istirahat.

Tapi kenyataannya adalah, aku sebuah dikontrak “Penyakit”, dan semakin banyak rasa kemanusiaan yang kudapat, semakin sakit rasa sakit yang kurasakan.

Karena itu ….

“Aku … harus terus bergerak maju!”

Sembari aku berlari, aku perlahan mengangkat dan menatap ke depan dengan kepalaku yang sebelumnya menggantung. Dari kejauhan, aku bisa melihat portal yang sama yang membawaku ke dalam koridor.

“Glenn ….”

“Jangan pergi, kembalilah.”

Suara dari murid kesayanganku bergema di kupingku.

“… maafkan aku.”

Sebuah portal cahaya, pintu keluar menuju “Koridor Bintang-Bintang”, perlahan mulai terlihat. Di sana ….

“Tidak peduli apa yang akan terjadi, aku ….”

Aku tanpa ragu melangkah menuju pintu gerbang, dan kembali ke tempat aku berasal.