Di bawah malam yang berbintang-bintang dan langit seakan-akan runtuh.

Aku ingat saat berlari di “Koridor Bintang” sendirian, saat aku pertama kali datang ke dunia ini, salah satu kenanganku yang terlupakan

… saat aku, membuka mataku secara tiba-tiba.

Terlihat dihadapanku sebuah langit merah yang terbakar sejauh mataku memandang, kulitku kering karena udara dan aku berbaring di atas tanah yang terbakar.

Aku kayaknya terlibat beberapa insiden singkat. Badanku sudah dilapisi perban yang mengerikan, dan darah yang membasahi kulitku. Bajuku juga sudah rusak parah, hanya dengan beberpa potongan untuk desain orisinilnya.

Apa yang aku khawatirkan aku tidak punya kenangan tentang kejadian yang sudah lewat. Siapa aku, apa yang aku lakukan, kenapa aku ada di sini … bahkan sekarang, aku masih tidak ingat apapun.

Amnesia, karena beberapa insiden menimpaku, aku kehilangan semua ingatan pentingku.

Dan tidak ada satu orang pun yang membantu untuk mengingat identitasku.

Sebagai orang tanpa ingatan, bisa dibilang orang tanpa perlindungan.

Kenangan yang mengikat orang membuat mereka tahu bahwa mereka ada di dunia. Tanpa kenangan aku bisa perlahan menghilang dari dunia ini di dalam lorong waktu.

Saat aku khawatir tentang kehadiran selain diriku – sebuah suara dari jiwaku yang terdalam – berbisik padaku.

“Aku … surga-surga (Celica) ….”

Itu satu-satunya ingatanku, kenangan yang membuat kehadiranku ada, nama untuk memanggil diriku sendiri. Itu semua, di atas segalanya, satu-satunya pelindungku.

Kenangan yang membuktikan aku terhubung dengan dunia ini, kalau aku tidak muncul secara tiba-tiba dari dunia lain.

“Benar, kau … aku, aku Celica.”

“Kau … aku, harus menyelesaikan misiku.”

Sesudah mendapatkan namaku, di bawah petunjuk dari “Suara”, waktu yang pernah berhenti, mulai bergerak lagi.

Aku, Celica Arfonia, akan memulai untuk berpetualang di mimpi buruk tiada akhir ini.

… itu adalah kejadian yang terjadi empat abad yang lalu.