Setelah memberi semangat pada muridnya yang nakal, Celica berpikir sendiri sembari berjalan di lorong akademi.

“Itu benar juga, orang bisa berubah ….”

Bersama dengan pikirannya Celica, dia mengingat hari-hari beberapa tahun yang lalu, saat Glenn baru saja kehilangan rasa semangat emosional – mencela diri sendiri dan tidak beremosinya Glenn.

Dorongannya yang terus mengalir pada dia dan sihir yang ia ajarkan menuntunnya pada tragedi, dan menghasilkan kehancurannya Glenn. “Glenn mungkin tidak bisa sembuh, mungkin untuk selama dia masih hidup” – pikiran seperti itu menghancurkan Celica, untuk itu dia meneteskan air mata yang tidak terhitung jumlahnya.

Tapi kenyataan tidak sekejam itu.

Untungnya, Glenn terlihat sudah sembuh dari traumanya, meskipun itu membutuhkan waktu cukup lama.

Sementara itu Glenn, tentu saja dia terlihat mencurigakan saat dia menerima pekerjaan itu, dia terlihat sudah ada peningkatan yang signifikan dibanding dirinya satu tahun yang lalu. Paling tidak, dia bukan lagi “Cangkang kosong” seperti dulu.

Meskipun dia menghadapi kesulitan, dia tidak menjadi berkecil hati. Meskipun dia berjuang untuk kehidupan sehari-harinya, matanya masih menatap masa depan.

“Hmph … tapi tetap, hanya bisa ini yang aku ucapkan untuk sekarang ….”

Celica memperlihatkan sebuah senyuman yang pahit.

“Orang berubah.”

Untuk Celica yang ‘tak terkalahkan, itu sebuah kenyataan yang menyakitkan.

Ya, manusia selalu berubah, untuk lebih baik atau lebih buruk. Selama mereka hidup, mereka selalu membuat kesalahan, mereka ragu, dan mereka mengahadapi kesulitan. Tanpa terkecuali, mereka tumbuh, dan mereka berubah.

Tipu muslihat, ketidakpedulian, dan tidak beruntung, semuanya aspek dari apa artinya menjadi manusia.

Untuk Celica sendiri, yang waktunya telah mati sejak awal, konsep yang sangat sederhana dari arti perubahan itu asing baginya ….

“Ah … rasa ini lagi.”

Perasaan cemas dan khawatir menghapus seluruh bagian Celica, seperti rasanya sebuah sabit yang terikat beberapa inci di atas lehernya. Nafasnya menjadi sesak, telinganya berdengung, jantungnya berdetak sangat cepat, kakinya lemas, dan pandangan fokusnya blur.

“Si-Sialan … ugh ….”

Celica menyendarkan badannya ke dinding dengan tangannya yang terluka, dan menekankan telapak tangannya ke kepalanya dengan tangan yang lain.

Waktu demi waktu serangan seperti itu lagi akan datang. Ini adalah “Camilannya.” Celica – bukan terbuat dari daging, tapi dari pikiran. Meskipun Celica cukup tahu dengan penyebabnya, dia tidak tahu bagaimana cara menyembuhkannya. Sampai akhir, kejadian ini terus berulang dan memburuk, Kira-kira ketika Glenn memakai mantel seragam guru, dan kembali lagi ke jalan hidupnya.

“…”

Untuk beberapa saat, Celica tidak bergerak, dan hanya menarik nafas yang dalam secara berulang, sembari dia menunggu badai untuk berlalu … sampai akhirnya, kedamaian kembali dan Celica mengangkat kepalanya sekali lagi.

“Observatorium Taum, apa itu …?”

Di lorong yang sepi, Celica bergumam di dalam nafasnya.