“Buka mulutmu.”
Adegan: Ruang UKS Akademi IS. Di sana, Ichika sedang menjaga Tatenashi selama dia menginap cukup lama.
“Ayolah, aku bisa makan sendiri.”
Katana – Tatenashi, untuk menggunakan nama aslinya, bibirnya menjadi agak cemberut, tapi pada saat yang sama, pipinya mulai memerah.
“Ayo, bilang ‘ahh’.”
“Ahh ….”
Melihat sesuatu tentang Ichika, biasanya dia sangat ragu-ragu, mengambil tindakan untuk membuatnya tersenyum. Ini sudah menjadi rutinitas, dia membawa bekal makan siang yang dibuat sendiri, dengan tater tots, asparagus yang dilapisi dengan daging babi, kue muffin, dan salad. Setelah makan siang, di sana ada orange sherbet yang menjadi makanan penutupnya. Dengan kata lain, itu adalah kesukaan Tatenashi. Ichika tersenyum senang, Tatenashi pun terlihat malu tetapi dia senang. Dan di luar jendela sana terlihat bayangan seseorang yang sedang menguping.
Tl Note:
1. Tater Tots adalah kentang yang dihaluskan, lalu digoreng dengan adonan tepung dan bumbu-bumbu.
2. Orange Sherbet adalah sejenis es krim, dibuat dari buah jeruk yang diblender dengan es dan susu rendah lemak.
“Apa-apaan itu?” Tanya Rin, matanya terlihat tidak bernyawa.
“Aku tidak percaya ini! Apa … Mereka berdua terlihat seperti pasangan? Ahhh ….”
Cecilia cemas. Kepalanya terasa pusing, dan wajahnya tiba-tiba pucat mengerikan.
Charlotte melihat dengan ekspresi serius di wajahnya. Sebenarnya dia tidak senang dengan apa yang terjadi, tapi mengingat kembali semua waktu yang pernah dilewatinya, dia beruntung masuk ke dalam situasi yang lumayan spesial dari yang dimaksud Ichika, dia rela untuk menerimanya seperti itu juga.
“Aku … Aku tidak bisa ….”
WHOOSH
Dua bayangan mengalihkan perhatian.
“Aku tidak bisa diam saja sambil melihat ini!”
Mereka adalah Houki dan Laura. Yang satu memegang katana, dan yang satunya lagi memegang pisau tempurnya.
“Berhenti ….”
Kanzashi mengepalkan tangannya untuk menahan mereka.
“Apa yang kau lakukan?!”
“Apa kau hanya membiarkannya karena dia adalah kakakmu?!”
Menghindari amarah dari Houki dan Laura, Kanzashi membuka jendela.
“Permisi.”
Mereka berdua, Ichika dan Tatenashi kaget karena mereka masuk dengan tiba-tiba. Setidaknya karena mereka berada di lantai tiga dan mereka membutuhkan sebuah IS untuk berdiri di luar jendela.
“Ka-Kanzashi?! Sejak kapan kau berada di sana?!” sama seperti Ichika, Tatenashi juga ketahuan dan merawat Ichika.
“Apa kalian berdua bersama?”
“Maksudmu apa? Bersama?”
“Dalam sebuah hubungan.”
“..?!”
Seketika Ichika dan Tatenashi bertatap satu sama lain. Kaget, wajah mereka memerah, mereka mulai mencari-cari alasan.
“Bukan seperti itu! Itu cuma, dia sedang sakit, jadi aku datang untuk mengeceknya dan – Gah”
Tatenashi memotong pembicaraan dengan menyikutnya.
“… mm.”
Tatenashi melipat tangannya karena marah, pipinya menggembung. Melihat reaksi mereka, itu sebenarnya hanya kesalahpahaman yang muncul karena Ichika.
“Sepertinya ada yang mau dibicarakan.”
Itu artinya, Tatenashi sebenarnya juga menyukainya. Terhadap Ichika. Sebagai seorang laki-laki.
“Aku pikir ….”
Berbalik badan, Kanzashi memberi isyarat ke lima orang itu, terbang dengan IS-nya, lebih dekat.
“Ichika bilang mereka tidak bersama.”
Mendengar itu, mereka langsung berkumpul di dalam ruangan.
“Apa itu benar, Ichika?!”
“Lebih baik kau tidak berbohong!”
“Aku … Aku percaya padamu, mungkin ….”
“Lebih baik kau bilang yang sejujurnya!”
“Lalu, jelaskan dirimu!”
Ichika bingung bagaimana cara menyelesaikan semua gangguan itu. Menghela nafas, dia pun bicara, mencoba untuk menjelaskan semuanya.
“Maksudku, Aku sangat menikmati bersama dengan Tatenashi.”
“Apa —“
Mereka berlima kaget.
“Apa maksudmu?!”
Rin menatapnya, air matanya memenuhi mata Rin.
“Yahh, maksudku. Dia punya badan yang bagus.”
Ichika merespon.
“Ugh!” (Rin.)
“Dia tidak memerintah.”
“Ugh!!” (Cecilia.)
“Tapi dia tau apa yang dia mau dan dia tidak ragu untuk menanyakannya.”
“Ugh!!!” (Charlotte)
“Tanpa takut terluka.”
“Ugh!!!!” (Houki.)
“Dan aku tidak perlu khawatir tentang dia, karena menyelinap masuk ke kamarku saat malam hari.”
“Ugh!!!!!” (Laura.)
“Oh, dan dia selalu tersenyum di wajahnya.”
“Itu lebih menyakitkan dari yang aku bayangkan.”
Gumam Kanzashi.
“Tapi aku pikir kalian semua adalah hal itu juga!”
“BAGAIMANA CARANYA?!”
Teriakan penuh amarah itu menggema di aula gedung rumah sakit tersebut.
◇
“Aku tidak percaya dia bilang seperti itu….”
Dua hari kemudian, luka Tatenashi akhirnya sembuh. Tapi IS Mysterious Lady masih belum selesai diperbaiki, dan itu menjadi kabar buruk bagi Tatenashi.
“Aku harus memperbaikinya sebelum kerusakannya semakin parah.”
Tapi kalau dia memperbaikinya, berarti dia harus pergi ke Rusia, dan mungkin itu akan membutuhkan waktu sekitar satu minggu.
“Dan selama itu aku tidak akan bisa melihat Ichika ….”
Terkejut dengan kalimat yang dia bisikan sendiri, Tatenashi mencoba untuk menarik kalimatnya kembali.
“Ya ampun, apa yang aku katakan? Itu bukan sebuah masalah kalaupun aku tidak melihatnya ….“
Bahkan dia tidak bisa menyelesaikan kalimatnya tanpa hatinya yang sakit.
Tidak. Dia mau bersamanya. Bahkan saat itu juga. setiap detik. Dia mengguncangkan kepalanya dan mencoba untuk menghilangkan rasa panas yang muncul di pipinya.
“Tidak mungkin. Bukan seperti itu. Tidak mungkin kalau….”
“Tatenashi-senpai, boleh aku masuk ke dalam?”
Hatinya berdegup. Dia tidak menyangka ada suara ketukan di pintunya. Ichika tidak punya rencana untuk datang hari ini. Saat dia sedang menenangkan pikirannya untuk berpikir bagaimana caranya untuk merespon, seketika pintunya terbuka.
“Permisi.”
“Gah!”
PLAK!
Sekotak tisu dilempar oleh Tatenashi, dan kepala Ichika terpental.
“Apa yang kau lakukan?!”
“Aku juga akan mengatakan hal yang sama!”
Dia menatap Ichika dengan kesal.
“Kau tidak bisa masuk ke ruangan seorang gadis sembarangan! Harusnya kau tau itu!”
“Ayolah, aku cukup mengenalmu dan itu bukan masalah yang besar.”
Tatenashi menarik nafas. Ichika mungkin tidak berpikir panjang tentang kalimat yang diucapkannya, tapi Tatenashi mengerti sekarang.
“Tekanan yang berasal darimu – Aku …. Apakah kita punya sesuatu yang spesial? Apa dia tidak memikirkan gadis lain yang sama sepertiku?”
Setelah berpikir seperti itu dia merasakan pipinya memerah.
“Ya ampun … hatiku berdegup sekarang …. “
Ada perasaan senang dan sakit di hatinya. Tatenashi sadar tidak peduli seberapa sering dia melawan, tetap saja dia hanyalah seorang gadis.
“Ini tidak adil …”
Menekan dadanya dengan tangan untuk menahan hatinya yang berdegup, dia menarik nafas dalam, dan berbalik untuk melihat Ichika lagi.
“Da-Dan apa yang membuat kau kesini hari ini, Orimura Ichika?”
Tatenashi melegakan tenggorokannya, mencoba untuk berpura-pura seperti tidak terjadi apa-apa, hanya akan menjawab dengan tawa.
“Ahahah. Apa apa denganmu? Kau terlihat aneh hari ini, Tatenashi-senpai.”
“Nggak kok, Aku biasa saja. Lihat? Bahkan aku sudah sembuh!”
Dia mengangkat pinggiran bajunya, dan menampakkan perutnya. Dia mengangkat dengan sangat semangat hingga bra miliknya yang berwarna pink terlihat.
“Whoa! Apa yang kau lakukan?!”
“Kau bilang aku aneh bukan?!”
“Oke oke! Aku mengerti! Tutup kembali! Perutmu pasti kedinginan!”
Tatenashi menjadi lebih dan lebih frustasi karena dia menolak untuk melihat langsung kepadanya.
“Lihat? Aku sudah normal kembali! Ayolah! Lihat!”
“Aku lihat! Aku lihat!”
Walaupun dia sama malunya seperti Ichika, tapi Tatenashi terus mendesaknya
“Oh kau yakin. Ya, kau juga harus memeriksanya juga.”
“Apa?”
Ichika tercengang. Tatenashi terus memamerkan pinggangnya yang ramping.
“Pegang dan pastikan semuanya sudah sembuh. Itu cara untuk memastikan tidak ada yang salah denganku.”
“Ehh?”
Hanya tatapan mencurigakan dari Ichika yang membawanya kembali ke kenyataan.
“Apa yang aku lakukan? Maksudku, itu benar antara penyembuhan nanomachine, terapi stem cell, dan adhesive membrane, lukaku akan sembuh, tapi ….”
Dia akan menyentuhnya. Menyentuh badannya. Kulit sensitifnya. Dengan tangan yang besar, dan kuat. Ichika akan.
Wajah Tatenashi berubah menjadi merah sampai ke ujung telinga, dan dia mulai mengatakan sesuatu.
“Sebenarnya, tunggu, kau be ….”
Sebelum dia sudah selesai bicara, jari Ichika menyentuh kulitnya.
“Ah!”
“Wow, aku bahkan tidak tahu kalau kau bisa sakit juga. Ini luar biasa ….”
POKE POKE
“Ichika …?”
POKE POKE
“Hmm. Hah. Wow, sungguh?”
Ichika sudah tersesat di dunianya, dia menunjuk-nunjuk dan mengelus perut Tatenashi secara bergantian dengan ekspresi serius dari wajahnya.
“Ahh … Ahh, jangan … lagi dan… Ahhhhh!”
Dia dapat merasakan matanya, sentuhannya, kehangatan saat diperiksa olehnya yang seakan-akan dia sedang telanjang. Tapi saat gadis itu sudah mulai liar, mereka terganggu oleh teriakan keras.
“Apa yang kalian lakukan?!”
“Hah?!”
“Hentikan itu! Itu sudah menyalahi aturan!”
Chifuyu dan Maya masuk ke dalam ruangan, berharap untuk memeriksa Tatenashi, murid terkuat Akademi IS dan seorang ketua OSIS, sebuah poin penting dalam pertahanan, dan kunci kesuksesan dalam kekuatan. Dalam kata lain, melakukan perkerjaan mereka sebagai guru.
“Ti-Tidak ada apa-apa! Ahahaha!”
Tatenashi menutup kembali bajunya sambil menampar tangan ichika.
“Ehh?”
Tidak mengerti dengan teguran yang tiba-tiba, Ichika terlihat kebingungan, hanya dilihat oleh tatapan tajam.
“… Apa?”
“Bukan apa-apa, cuma ….”
“Baguslah kalau begitu.”
Chifuyu mencoba bersikap keren dan tenang seperti biasa, tetapi Tatenashi dapat melihat di matanya kalau dia hampir saja ketahuan.
“Sarashiki.”
“Apa?”
“Ada apa dengan kipasmu?”
Itu sedikit menyakitkan. Tapi Tatenashi bisa mengambil dan membukanya dengan tenang.
“’Romantis’, ya.”
Sadar kalau dia mengambil kipas yang salah, dia pun panik.
“Bu-Bukan itu! Maksudku ini!”
Dia membuka yang satunya, dan membaca “Tidak terkalahkan”
“Sarashiki.”
“Ya?”
“Apa kau jatuh cinta dengannya?”
Kipasnya berbunyi saat Tatenashi menghimpitnya secara tidak sadar.
“Dari mana kau dapat pikiran semacam itu?”
“Semuanya sudah terbaca di wajahmu.”
“Tentu saja tidak! Lihat, aku ….”
Setelah dia berhasil menggapai kipas yang lain, tangannya tergelincir, dan semua kipas jatuh ke lantai.
“Ahahaha, ups.”
Tatenashi membungkuk untuk mengambil kipasnya. Saat dia sedang membungkuk, Ichika mengulurkan tangannya.
“Biar aku bantu.”
“A-Aku tidak apa-apa.”
“Ayolah.”
Tangan mereka saling bersentuhan.
“…?!”
Kaget, Tatenashi menarik tangannya. Ichika terlihat penasaran. Tatenashi membalikan badannya sambil memegang tangan kanannya yang bersentuhan dengannya menggunakan tangan kirinya.
“Tidak … Tidak, Aku tidak bisa ….”
Dia menyadari kalau Ichika adalah seorang pasangan yang kuat. Seseorang yang dia cintai.
“Uhh, aku bodoh sekali! Kalau aku tidak mendorongnya lebih kuat dari yang aku – ”
Lalu dia akan? Tidak.
Dia mau lebih dari itu.
“Walaupun aku menyadarinya ….”
Dia tidak bisa membiarkannya lebih jauh. Dia perlu menjaga jarak antara mereka sebelum dia kehilangan dirinya. Nama “Tatenashi” bukankah itu beban yang ringan untuk dibawa, dan posisi dari kepala keluarga Sarashiki adalah sesuatu yang tidak bisa dia biarkan begitu saja.
Chifuyu dan Maya memperlihatkan ekspresi sedih yang terlihat di wajahnya.
“Gadis itu jatuh cinta padanya.”
“Dari ujung kepala hingga kaki.”
Ichika, lupa dengan dengan wanita disekitarnya, dia sudah selesai mengambil kipas dan memberikannya kepada Tatenashi.
“Ini dia, Tatenashi.”
Dia tidak tahan dengan perasaan polos senangnya yang ada pada dirinya.
“Oke, sudah cukup untuk hari ini. Ichika, apa kau bisa menyelesaikan tugas OSIS yang lain?”
“Oke. Aku juga sudah hampir selesai kok.”
Dia itu seorang pekerja keras. Tidak, dia hampir saja terbawa perasaan lagi.
“Sempurna. Jaga baik-baik Kanzashi.”
“Tunggu, bukannya aku yang seharusnya menjagamu sekarang?”
Jaga dia sekarang ….
Jaga dia ….
Dia ….
“…!”
Wajah Tatenashi memerah dan seperti sudah siap untuk mengeluarkan asap dari telingaanya, dia kabur dari ruangannya.
“Hah?”
Ichika memiringkan kepalanya karena bingung.
“Hebat. Kakakku adalah seorang gigolo alami.”
Masih berjongkok dilantai, pantat Ichika berada di tempat yang tepat untuk mendapat tendangan keras dari Chifuyu.
◇
Pada malam harinya, Tatenashi sedang berendam di kamar mandinya sendirian, berpikir.
“Apa yang harus aku lakukan, apa yang harus aku lakukan?”
Dia jatuh cinta kepada Ichika. Dia tidak bisa berhenti memikirkannya. Dia tahu itu adalah satu hal yang terlarang baginya, tapi tetap saja dia tidak bisa menahan dirinya.
“Aku harus melakukan sesuatu, yang bisa merubah pikiranku ….”
Mungkin kalau dia mengeluarkan Ichika dari OSIS.
“Tidak! Kalau aku lakukan itu, aku tidak bisa melihatnya selamanya!”
Jadi, bagaimana kalau mencari alasan untuk menempatkannya di luar Akademi?
“Tidak, itu ide yang buruk bahkan selain dari perasaanku. Terlalu banyak organisasi di sana, terlalu banyak saingan untuk Byakushiki-nya.”
“Kalau aku tau, pasti lebih mudah ….”
Dia merendamkan mulutnya ke dalam air dan menghembuskan banyak gelembung.
“Haah … Aku pikir aku lebih baik dari ini.”
Dia pikir dia bisa melakukan apapun sendirian. Sebagian besar dia menyelesaikan semua tugasnya sendirian. Tapi apa yang benar-benar dia inginkan … apa yang dia inginkan adalah meminta bantuan kepada seseorang untuk membantunya melarikan diri. Melarikan diri dari kurungan kesepian ini.
“Aku memberi tahu namaku ….”
Nama aslinya. Katana. Sesuatu yang seharusnya tidak boleh diberi tau kepada semua orang selain keluarganya.
“Yaa, A-Aku cuma ingin membuatnya menjadi bagian dari keluargaku!”
Itu kesimpulan yang dia buat. Sarashiki Ichika … Itu tidak terdengar buruk.
“Tatenashi, makan malam sudah siap.”
“Ayolah, Ichika. Kapan kau akan mengingatnya? Aku Katana.”
“Oh iya. Maaf, Katana.”
“Tidak adil memelukku sambil meminta maaf.”
“Lalu apa aku harus menciummu ….”
“Hidungmu mimisan.”
“Ehh?!”
Dengan cipratan yang tiba-tiba, Kanzashi duduk di sampingnya di dalam kamar mandi dengan cuek.
“A-A-Apa ….”
Kaget dengan penampilan Kanzashi, dengan cepat Tatenashi berdiri.
“Apa yang dia lakukan di sini?!”
“Apa kau membayangkan sesuatu yang ngeres?”
“Tidak! Aku sama sekali tidak memikirkan apa-apa! Apa yang kau lakukan di sini?! Ini asrama untuk murid kelas dua!”
“Aku mengkhawatirkanmu.”
Itu bohong.
“Aku harus terus mengawasi lawanku.”
Kanzashi membayangkan dirinya sedang berbicara. Kadang-kadang gadis yang sedang jatuh cinta menyimpan kejutan di dalam diri mereka.
“Ngomong-ngomong, ayo duduk.”
“Kau kenapa?”
Tatenashi tidak suka disuruh-suruh oleh adiknya, dengan pelan dia duduk. Seperti yang dilakukannya, Kanzashi menatap ke arah buah melon yang menggantung di dadanya.
“A-Apa?”
“Ichika bilang, kau punya badan yang indah, iya ‘kan? Pasti enak.”
Tatenashi tidak melewatkan bagian terakhir itu, hanya karena mendengar kalimat itu suara Ichika berputar terus-menerus di pikirannya.
“Tatenashi, kau memiliki badan yang indah.”
“Hmm … mungkin, iya ….”
“Dan aku mau menikmati setiap inci dari itu.”
“Tunggu, belum, itu … Mmm!”
“Hidungmu mimisan lagi.”
“Apa?!”
Air di kamar mandi itu sudah berubah warna menjadi merah.
◇
“Oke, Aku harus pergi.”
Pelajaran sekarang sudah selesai, dan Cecilia menghalangi jalan Ichika ke ruang OSIS.
“Bisa tunggu sebentar, Ichika?”
“Cecilia? Apa ada?”
Seperti biasa, Cecilia bergaya dengan kedua tangan yang bersila di dadanya. Itu hal yang biasa saat majalah mengadakan pemotretan dari siswa akademi militer Inggris, sejauh ini, dia itu paling populer.
“Sepertinya aku harus turun tangan juga. Aku, Cecilia Alcott, akan membantumu sesama murid dengan mengikuti cabang eksekutif OSIS.”
Dia melipat tangannya. Dan seperti biasa, Ichika tidak bisa membantu tapi malah memperhatikan dadanya yang proporsional.
“Ohh, begitu. Jadi, apa kau mau ikut?”
Mata Cecilia berkilau ke arah Ichika yang menghargai usahanya.
“Ya! Tentu saja!”
Setelah berjabat tangan, dia memegang tangannya.
“Oke, ayo jalan. Sebelum orang berpikir yang tidak-tidak.”
“Hei, tunggu sebentar!”
Suaranya menggema di aula. Tidak ada seorang pun selain Rin sangat begitu semangat.
“Ayo cepatlah, Rin. Kami punya keperluan yang harus didatangi dengan anggota OSIS.”
“Hei, ayolah! Apa yang kau lakukan berpegangan tangan?!”
“Ah, bukankah ini wajar kalau seorang gadis mengklaim droit du seigneur-nya?”
TL Note: Droit Du Seigneur adalah hukum di Eropa pada abad pertengahan yang membolehkan para bangsawan feodal untuk melakukan hubungan seks dengan rakyat jelata, khususnya pada malam pernikahan mereka.
Cecilia mendengus dengan sombong sambil menyisir poninya. Saat dia menyisir poninya, wangi bunga mawar memenuhi ruangan.
“Uhh … aku kira aku sudah melakukanya dengan baik dengan parfum buah persik ….”
Sepertinya membeli parfum ini sesuatu yang bagus, tapi kalau Ichika tidak menyadarinya itu tidak berarti apa-apa. Dan dengan Cecilia yang tetap melawannya, kesempatannya menjadi lebih sedikit.
“Ichika, kau bodoh!”
Harapannya mulai mulai mengecil, tiba-tiba Ichika mengulurkan tangannya dan mencium rambut Rin.
“Hah? Rin, wangimu enak sekali.”
“Eh ….”
“Aku tidak mengerti maksudnya, tapi … yaa.”
Dengan jantan, Ichika mengambil salah satu rambut yang dikuncirnya dan mulai menciumnya. Wajah Rin menjadi merah dan dia melihat ke arah lantai karena malu.
“Aku … Aku cuma menggunakan parfum sesekali, itu saja ….”
“Wow! Aku tidak sadar kau sudah dewasa!”
Rin tersenyum senang pada kalimat Ichika
“Su-Sungguh? Menurutmu ini cocok denganku?”
“Ya, itu sangat cocok denganmu! Wangimu sangat enak, dan Cecilia juga.”
Cecilia yang sedang mencari cara mengembalikan percakapan awal, kaget karena Ichika menyebutnya langsung.
“I-Ichika, kau menyadari parfumku?”
Dia bertanya dengan wajah memerah.
“Yaa, semua gadis wanginya enak bukan? Aku sudah tau semuanya. Cecilia, punyamu itu wangi bunga mawar bukan? Aku menyukai aroma lavender yang pernah kau gunakan juga.”
“Hmm! Mungkin aku harus menggunakan parfum baru setiap hari, dan memberikan hidungmu aroma yang bervariasi!”
Cecilia tertarik dengan idenya sendiri, memegang pipinya dengan tangannya. Di saat yang sama, Rin menggenggam tangan Ichika yang satunya.
“Ngomong-ngomong, Ichika! Apa kau bisa membuat mengajak aku juga? Aku ingin membantu orang lain juga.”
Dia tertawa kecil sambil tersenyum padanya.
Ichika melihat senyumannya dan tersenyum kembali padanya dan mengatakan
“Hmm, aku akan tanya Tatenashi-senpai. Tapi aku tidak bisa menjaminnya ya.”
“Oke! Terima kasih Ichika!”
Disisi lain, Cecilia berusaha menahan kesal sampai parfum yang di pujinya menang.
“Dia sudah tumbuh menjadi pria jantan yang aku suka. Langkah pertama jalan menuju Ichika O.Alcott!”
Emosinya memuncak saat dia membayangkan Ichika sebagai kekuatan di belakang kekuasaan Alcott dan perusahaan.
Di sisi satunya ….
“Wow, Ichika. Kau lebih banyak memperhatikan dia. Aku harus mencari jalan lain untuk melewati Orimura Rin!”
Dia mungkin pernah melihatnya sendiri bertarung di turnamen Mondo Grosso, tapi tidak perlu mengikuti gaya Cina. Bertarung dengan gaya Jepang itu tidak masalah.
Taring-taring yang marah
Telapak tangan yang menempel di pipinya.
Ichika terjepit oleh bunga mawar yang berduri.
◇
“Ditolak.”
Dua burung dengan satu kebodohan, serangan langsung. Suara Tatenashi terdengar sangat jelas dan dingin.
“Kenapa?!”
“Tapi kenapa?!”
Benar saja, Rin dan Cecilia menjawab langsung pertanyaannya tanpa berpikir panjang di depan meja Tatenashi di dalam ruang pertemuan OSIS.
“Ayolah, aku mencoba untuk membantumu di sini! Seharusnya kau berterima kasih!”
“Aku tau kenapa kau tidak menyukai Rin, tapi aku bisa membantu mereka dan aku tidak bisa diabaikan begitu saja!”
Mereka berdua membanting meja dengan tangannya.
“Apa yang salah denganmu? Apa kau ke sini cuma mau bermain denganku?”
“Tentu saja tidak! Sama sekali tidak!”
Mereka kembali menatap Tatenashi.
“Tapi kenapa?!”
“Kami sudah penuh.”
Tatenashi menunjuk ke Kanzashi, yang sedang mengetik di atas keyboard.
“Sarashiki Kanzashi … baru ditunjuk sebagai manager dari Orimura Ichika I/O” dia berakting sebuah busur tanpa perlu dibidik.
“Orimura Ichika I/O ….”
“Ya, tanggung jawab utamaku adalah menjadwalkan dan membuat rencana untuk Orimura Ichika.”
“Permainan kata macam apa itu?!”
Tanya Rin kembali.
“O-rimura I-chika … I/O … Ahahaha!”
Anehnya, Cecilia menikmati permainan kata itu.
“Oh, jadi Kanzashi akan mengurus itu sekarang? Bagus, nyonya yang santai terlihat sangat lesu dan aku tidak tau apa yang harus aku lakukan dengan sisa waktuku.”
Ichika tidak menyadari kalau ada maksud tersembunyi di kalimat itu.
“Ya … Aku harap aku bisa bekerja denganmu.”
Kanzashi tersenyum.
“Grr ….”
Seketika Tatenashi menyadari sebuah perangkap untuk membuat Ichika dan Kanzashi semakin dekat.
“Ahh. Tehnya sangat enak.”
Nohotoke Utsuho berpura-pura tidak memperhatikan percakapan mereka.
“Fiuh. Cuaca hari ini sangat bagus, sama seperti makanan ringan ini.”
Nyonya yang santai suka sekali makan makanan itu.
Tiba-tiba, bunyi kipas memotong pembicaraan mereka.
“Oke!”
Di atas kipas tertulis kata “Duel.”
“Aku ingin mengumumkan bahwa akan ada festival olahraga! Di minggu pertama, murid kelas satu akan bersaing dengan Ichika!”
Suara Tatenashi terdengar sangat jelas, pipinya terlihat memerah dan dia berusaha tidak menatap mata Ichika.
Panggung sudah didirikan. Kehidupan itu singkat, para gadis, carilah cinta selagi kau bisa! Ambil semua benda yang kau sayangi sebelum dia di ambil orang lain. Ulurkan tanganmu dan raihlah kemenangan! Semua adil untuk cinta dan perang!